Alasan Ahmadiyah Dinyatakan Sebagai Non Islam

Oleh: Kholili Hasib
PERBEDAAN Ahmadiyah tidak sekedar perbedaan furu'iyah, akan tetapi
telah masuk pada perbedaan konsep-konsep teologis. Perbedaan konsep
kenabian, dan konsep wahyu sudah tidak bisa ditolelir lagi. Itu
sebabnya, PBNU melalui salah satu ketuanya, Slamet Effendi Yusuf,
menyarankan agar Ahmadiyah sebaiknya memproklamirkan diri bukan
sebagai agama Islam (vivanews.com 31/08).
Menyatakan diri sebagai bukan dari Islam, adalah solusi bagi Ahmdiyah.
Sebab, tindakan-tindakan kekerasan, bentrokan dan penolakan keberadaan
Ahmadiyah itu karena adanya pelanggaran Ahmadiyah terhadap Surat
Keputusan Bersama (SKB) yang diteken Menteri Dalam Negeri, Menteri
Agama, dan Jaksa Agung. Menteri Agama sendiri sudah menyatakan akan
membubarkan sebab Jama'ah Ahmadiyah tetap membandel tidak mentaati
peraturan (dakwatuna.com). Itu sebabnya, jika pembiaran Ahmadiyah
seperti saat akan menjadi duri dalam daging Islam. Jama'ah Ahmadiyah
telah difatwa sesat oleh MUI dan dilarang secara resmi oleh
pemerintah. Aliran ini dilarang karena dianggap menyebarkan ajaran
sesat yang meresahkan warga.
Jama'ah Ahmadiyah didirikan oleh seorang berdarah Mongol, Mirza Ghulam
Ahmad, di kota Qodiyan India pada akhir abad ke-19. Di negerinya itu,
ia dengan terang-terangan mengumumkan bahwa dirinya telah menerima
wahyu dari Tuhan berisi berita bahwa Nabi Isa as telah wafat dan
dirinya diangkat menjadi Nabi al-Masih al-Mau'ud. Nabi Isa menurut
Ghulam Ahmad, tidak wafat di tiang salib atau diangkat oleh Allah,
akan tetapi ia wafat di Kashmir India pada tahun 1890 – setelah
berpindah-pindah tempat dari Palestina, Persia, Afghanistan dan
akhirnya menetap di India. Kematian Isa as menjadi tonggak awal ia
menjadi Rasul.
Dalam pandangannya, al-Masih yang akan datang menjelang hari kiamat
bukanlah pribadi Nabi Isa as. Nabi Isa telah wafat, tidak mungkin
bangkit kembali. Akan tetapi yang bakal turun nanti adalah dari umat
Muhammad yang juga diberi gelar al-Mahdi. Orang itu tidak lain adalah
Mirza Ghulam Ahmad. Ia menyebut dirinya Nabi Ummati, yaitu nabi dari
umat Nabi Muhammad yang tidak membawa syariat. Gelar-gelar lain yang
dipakai adalah nabi ghair tasyri, nabi buruzi, nabi zilli, nabi
majazi, dan nabi majazi. Sedangkan nama Ahmad yang disandangnya adalah
pemberian Tuhan, sebagaimana tersebut dalam surat as-Shaffat ayat 6.
Ia mengaku bahwa nama Ahmad dalam surat itu bukan ditujukan kepada
Nabi Muhammad akan tetapi dikhitabkan kepadanya.
Wahyu tidak berakhir sampai pada Nabi Muhammad, bahkan wahyu ilahi
akan turun sampai hari kiamat. Terkait dengan doktrin wahyu ini, Mirza
Ghulam Ahmad dan khalifah penggantinya (saat ini khalifah dijabat oleh
Thahir Ahmad berdomisili di Inggris) terus mendapat wahyu dan
diperintah Tuhan untuk mendakwahkan kepada umat manusia.
....Keberanian Ghulam Ahmad memproklamirkan diri sebagai Rasul ini
menyulut kemarahan....
Keberanian Ghulam Ahmad memproklamirkan diri sebagai Rasul ini
menyulut kemarahan. Seperti halnya peristiwa bentrokan di Parung Bogor
pada 2005 lalu, Ahmadiyah di India pada awal berdirinya mendapat
tentangan keras dari Ulama'. Tidak hanya di dalam negeri, ulama
sedunia yang tergabung dalam Rabithah 'Alam Islamiy mengeluarkan fatwa
bahwa Ahmadiyah adalah agama di luar Islam. Namun, karena ajarannya
yang menguntungkan Inggris – menghapus ajaran Jihad – Mirza Ghulam
mendapat perlindungan penuh dari pemerintah kolonial Inggris. Ratusan
ulama ditangkap dan pertumpahan darah terjadi di kota-kota. Beberapa
ahli mengatakan kelahiran Ahmadiyah tidak terlepas dari dukungan dan
inisiatif Inggris.
Dalam dakwahnya, Ghulam Ahmad sering mangungul-unggulkan dirinya
dengan berita-berita bohong. Ia mengaku keturunan Rasulullah SAW dari
Fatimah, keturunan bani Israil, dan secara rutin mendapat ilham dan
wahyu dari Allah. Tapi ia tidak menceritakan secara jelas bagaimana
Tuhan menyampaikan wahyu kepadanya.
Kumpulan wahyu yang diterimanya itu kemudian dihimpun dalam satu kitab
yang diberi nama Kitab Suci Tadzkirah. Dalam kitab ini terdapat firman
Tuhan yang mengukuhkan kesucian Tadzkirah: "Sesungghuhnya kami telah
menurunkan kitab suci Tadzkirah ini dekat dengan Qadhian (India). Dan
dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun"
(Tadzkirah hal 637).
Berdasarkan ayat itu pula, Qadhian diyakini Ahmadiyah sebagai kota
suci, sebagaimana al-Makkah al-Mukarramah bagi umat Islam. Di Qadhian
ini digelar ritual ibadah haji bagi pengikut Ahmadiyah setiap tahun.
Oleh karena itu Mirza Ghulam konon tidak pernah beribadah haji ke
Makkah.
Ajaran Ghulam Ahmad, berbau sinkretisme (mencampur beberapa ajaran
agama). Dalam donktirnnya, nuansa Hindu dan Islam dicampur aduk.
Menurut penuturan anaknya, Bashiruddin, ia mengaku dipanggil Tuhan
dengan Kreshna, namanya disebut dalam kitab suci Gita (kitab suci
Hindu),dan ia juga dijuluki Brahman Avatar. Walaupun terindikasi
faham sinkritisme, Ahmadiyah tidak sepenuhnya liberalis. Ia bahkan
sangat kaku mendoktrinkan truth claim (klaim kebenaran). Wanita
Ahmadiyah diharamkan nikah dengan laki-laki di luar jamaah. Mayoritas
umat Islam telah kafir karena tidak mengakui kenabian Mirza Ghulam
Ahmad. Golongan di luar Ahmadiyah adalah murtad. Merekalah adalah
orang-orang yang menolak wahyu. Hanya Ahmadiyah lah golongan yang
selamat.
....Ajaran Ghulam Ahmad, berbau sinkretisme (mencampur beberapa ajaran
agama). Dalam donktirnnya, nuansa Hindu dan Islam dicampur aduk....
Karena doktrin-doktrin yang menyimpang ini, umat Islam di buat resah.
Indonesia, yang mayoritas menganut sunni, sangat dikhawatirkan terjadi
konflik dalam skala yang lebih luas bila mereka secara bebas
beraktivitas. Sebagaimana pernah disarankan oleh MUI bila tidak
berkenan bertobat, lebih baik mereka melepas identitas Islam, artinya
memproklamirkan sebagai agama baru di luar Islam. Jika masih memakai
identitas Islam, itu artinya mereka tetap melakukan penodaan terhadap
Islam. [voa-islam.com]
*) Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Institut Studi Islam
Darussalam (ISID) Gontor, sekarang aktif sebagai peneliti InPas
(Institut Pemikiran dan Peradaban Islam) Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar