Ini Injil Versi Gaul Coy: Bunda Maria Disebut Gebetan & Cewek Bunting

"Maria is pregno en
krijgt een baby boy" (Maria bunting dan beranak bayi laki-laki).
Demikian kalimat dalam Alkitab (Bibel) versi terbaru di Belanda. Kali
ini tidak menggunakan bahasa Belanda resmi, namun dalam bahasa gaul
jalanan/slank.

Bibel edisi gaul berjudul "de Torrie van Mattie" tersebut
diterjemahkan oleh Pendeta Daniel de Wolf.

"Mattie" adalah bahasa gaul untuk teman, sobat. Tapi itu juga
singkatan dari Matius. Jadi pada dasarnya ini kisah Matius, buku
pertama dari Perjanjian Baru.

Bahasa slang dalam Bibel gaul itu adalah gabungan kata-kata dari
bahasa Inggris, Papiamento, Suriname, Maroko, Turki dan Belanda, yang
dipercaya dengan kata-kata yang ditangkap dari media sosial dan budaya
pop. Dalam menterjemahkan, Pendeta De Wolf dibantu oleh anak-anak muda
dari berbagai latar belakang. Jadilah hasil terjemahan penuh dengan
kata "doekoes," "patas" dan "osso."

Ide menerjemahkan Bibel ke dalam bahasa gaul ini berasal dari Inggris.

"Terjemahan semacam ini sudah ada di sana, yaitu edisi "The Word on
the Street" (Firman Tuhan di Jalanan). Ide ini lalu diadopsi di
Belanda dan saya diminta untuk melakukannya. Saya pikir ini ide yang
baik," ujar Pendeta De Wolf . "Di Inggris buku ini beberapa kali
berhasil memenangkan penghargaan buku rohani Kristen dan juga menjadi
salah satu buku terlaris di toko buku rohani. Amerika dan Jerman juga
memiliki Injil versi jalanan mereka sendiri," tambahnya.
Bibel Gaul Versi Audio juga Dirilis

Untuk menjangkau kalangan muda lebih luas, selain merilis Bibel gaul
versi cetak, Wolf juga merilis Bibel gaul versi audio MP3 yang bisa
diunduh secara gratis di situs resminya. "Kami juga merekam
kisah-kisah injil dalam versi MP3, yang bebas diunduh di situs kami.
Rekaman juga sekaligus menjadi alat bagi para sukarelawan pekerja muda
dalam berhubungan dengan para pemuda," ujar Wolf.

Untuk proyek gaulnya itu, de Wolf banyak menuai reaksi negatif yang
dari orang-orang yang menganggap Bibel sebagai kitab sakral yang tidak
boleh diutak-atik.
Fragmen Terjemahan Bebas: Cewek Maria gak Ngeseks dan Belum Dibolongin

Dalam situs resminya, bisa disaksikan contoh ayat-ayat Bibel dengan
bahasa gaul jalanan, misalnya pada perikop kisah "Yesus Sang Pencari
Suaka", "Bangkitlah dari Kursi Rodamu", dan "Johnyboy Sang Pembaptis."

Berikut ini adalah contoh fragmen ayat Bibel versi gaul:

"Gini lho, cerita kelahiran Yesus Kristus: Maria, cewek yang mungkin
waktu itu masih berumur 14 tahun, rencananya mo merit sama Yusuf bin
Yakub. Mereka udah sampe tunangan segala. Pada zaman itu, menurut
tradisi Yahudi (sampe sekarang kali yee), nge-seks mah kagak boleh
sama sekali. Tapi eeh, Marianya, tek dung. Yusuf terang aja langsung
mikir, Maria pasti maen gila sama yang lain. Yang jelas, Yusuf
ngerasa, dirinya, jangankan mbolongin Maria, nyicip aja juga nggak
pernah. Dasar AIB neh!

Yusuf, anaknya cool, nggak buru-buru update status atau cepet-cepet
ngetweet, ngember soal Maria. Namun Yusuf, udah mikir, bakal mutusin
Maria. Nah pada saat itu, ia mendadak disambangin Malaikat.

"Nyante aje Sup. Jangan cemen dong untuk nikahin Maria. Gebetan elo
kagak selingkuh. Jabang bayi di perut Maria itu hasil olahan Roh
Kudus. Maria bakal ngelahirin bayi lelaki. Elo kudu kasih nama Yesus.
Tahu nggak artinya? Itu artinya Tuhan yang menyelamatkan. Kenape harus
dinamain keren gitu? soalnya Dia bakal menyelamatkan umat manusia dari
segala kebangsatan(maksudnya dosa coy) yang mereka lakukan."

Wah ini pas banget ama yang dulu, ratusan tahu lalu, dibilangin nabi
Yesaya. Si perawan akan hamil dan melahirkan orok lelaki, dan
orang-orang bakal manggil dia sebagai Immanuel."

Fragmen ayat-ayat Bibel versi gaul tersebut memang aneh di telinga.

Selain kata-kata vulgar seperti cewek Maria, ngeseks, mbolongin, maen
gila, bunting, nyicip cewek, gebetan, dll, hal yang asing di telinga
adalah adanya kata-kata modern yang hanya ada abad millenium,
misalnya: update status, ngetweet, dan sebagainya.

Tahun 1 Masehi saat Yesus lahir pan belon ada facebook sama twetter,
coy!! [a ahmad hizbullah/voa-islam.com/rnw]


voa-islam.com

Hukum Mengucapkan ”Marry Christmas”

Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan:

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ditanya:

Bagaimana hukum mengucapkan Merry Christmas (Selamat Natal) kepada
orang-orang Kafir? Bagaimana pula memberikan jawaban kepada mereka
bila mereka mengucapkannya kepada kita? Apakah boleh pergi ke
tempat-tempat pesta atau majlis yang mengadakan acara seperti ini?
Apakah seseorang berdosa, bila melakukan sesuatu dari yang disebutkan
tadi tanpa sengaja (maksud yang sebenarnya) namun dia melakukannya
hanya untuk menghormati kawan, malu, perasaan atau sebab-sebab
lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka di dalam hal itu?

Jawapan:

Mengucapkan Merry Christmas (Selamat Natal) atau perayaan keagamaan
mereka lainnya kepada orang-orang kafir adalah haram hukumnya menurut
kesepakatan para ulama (ijma).

Hal ini sebagaimana dinukil dari Ibn al-Qayyim rahimahullah di dalam
kitabnya Ahkam Ahl adz-Dzimmah, beliau berkata, Adapun mengucapkan
selamat berkenaan dengan syiar-syiar kekufuran yang khusus bagi mereka
adalah haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan
selamat terhadap Hari-Hari besar mereka dan puasa mereka, walau
sekadar mengucapkan, Semoga Hari raya anda diberkati atau anda yang
diberikan ucapan selamat berkenaan dengan perayaan hari besarnya itu
dan semisalnya.


Perbuatan ini, kalaupun orang yang mengucapkannya dapat lari dari
kekufuran, maka dia tidak akan lari dari melakukan hal-hal yang
diharamkan. Ucapan semacam ini setara dengan ucapannya terhadap
perbuatan sujud terhadap Salib bahkan lebih besar dari itu dosanya di
sisi Allah. Dan amat dimurka lagi bila memberikan selamat atas
minum-minum khamar, membunuh jiwa, melakukan perzinaan dan sebagainya.
Banyak sekali orang yang tidak sedikitpun tersisa kadar keimanannya,
yang terjatuh ke dalam hal itu sementara dia tidak sedar betapa buruk
perbuatannya tersebut. Jadi, barangsiapa yang mengucapkan selamat
kepada seorang hamba karena melakukan suatu maksiat, bid’ah atau
kekufuran, maka bererti dia telah menghadapi Kemurkaan Allah dan
Kemarahan-Nya.

Mengenai kenapa Ibn al-Qayyim sampai menyatakan bahawa mengucapkan
selamat kepada orang-orang Kafir berkenaan dengan perayaan hari-hari
besar keagamaan mereka haram dan posisinya demikian, kerana hal itu
mengandungi persetujuan terhadap syiar-syiar kekufuran yang mereka
lakukan dan meridhai hal itu dilakukan mereka sekalipun dirinya
sendiri tidak rela terhadap kekufuran itu, akan tetapi adalah HARAM
bagi seorang Muslim meridhai syiar-syiar kekufuran atau mengucapkan
selamat kepada orang lain berkenaan dengannya karena Allah Taala tidak
meridhai hal itu, sebagaimana dalam firman-Nya.

Ertinya: “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan
(iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika
kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.:�
[Az-Zumar:7]

Ertinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan
telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agamamu.� [Al-Ma`idah :3]

Jadi, mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengan hal itu
adalah haram, baik mereka itu rakan-rakan sepejabat dengan kita
seorang (Muslim) ataupun tidak.

Bila mereka mengucapkan selamat berkenaan dengan hari-hari besar
mereka kepada kita, maka kita tidak boleh menjawabnya karena hari-hari
besar itu bukanlah hari-hari besar kita. Juga keranana ia adalah hari
besar yang tidak diridhai Allah Taala; baik disebabkan perbuatan
mengada-ada ataupun disyariatkan di dalam agama mereka akan tetapi hal
itu semua telah dihapus oleh Din-ul-Islam yang dengannya Nabi Muhammad
Shallallhu 'alaihi Wa Sallam diutus Allah kepada seluruh makhluk.
Allah Taala berfirman.

Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia
diakhirat termasuk orang-orang yang rugi�. [Ali Imran:85]

Kerana itu, hukum bagi seorang Muslim yang memenuhi undangan mereka
berkenaan dengan hal itu adalah HARAM kerana lebih besar dosanya
berbanding mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengannya.
Memenuhi undangan tersebut mengandung makna ‘ikut serta’ bersama
mereka di dalamnya.

Demikian pula, haram hukumnya bagi kaum Muslimin menyerupai
orang-orang Kafir, seperti mengadakan majlis atau pesta-pesta
berkenaan dengan hari besar mereka tersebut, saling memberi hadiah,
membagi-bagikan manisan, hidangan makanan dan semisalnya. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallhu 'alaihi Wa Sallam,

Ertinya : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
sebahagian dari Mereka�. [Hadits Riwayat Abu Daud]

Syaikhul Islam, Ibn Taimiyah berkata di dalam kitabnya Iqtidl`
ash-Shirth al-Mustaqm, Mukhlafah Ashhb al-Jahm:

Menyerupai mereka di dalam sebagian hari-hari besar mereka akan
menyebabkan timbulnya rasa senang di hati mereka atas kebatilan yang
mereka lakukan, dan barangkali hal itu membuat mereka mencari-cari
kesempatan (dalam kesempitan) dan menghinakan kaum lemah (iman). Dan
barangsiapa yang melakukan sesuatu dari hal itu, maka dia telah
berdosa, baik melakukannya kerana berbasa-basi, ingin mendapatkan
simpati, rasa malu atau sebab-sebab lainnya kerana ia termasuk bentuk
peremehan (penghinaan) terhadap Dinullah dan merupakan sebab hati
orang-orang kafir menjadi kuat dan bangga terhadap agama mereka.

Kepada Allah kita memohon agar memuliakan kaum Muslimin dengan Din
mereka, menganugerahkan kemantapan hati dan memberikan pertolongan
kepada mereka terhadap musuh-musuh mereka, sesungguh Dia Maha Kuat
lagi Maha Perkasa.

[Disalin dari Majmu Fatwa Fadllah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin, Jilid.III, h.44-46, No.403]

<a target="_blank" href="http://malay.bismikaallahuma.org/">SUMBER</a>

Fatwa MUI Tentang Pluralisme Agama

Kami sengaja menampilkan fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang
PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA karena ternyata banyak
masyarakat yang belum tahu adanya fatwa tersebut. Padahal fatwa
tersebut sudah dikeluarkan sejak tahun 2005 lalu.
Paham Pluralisme agama, khususnya, sangat membahayan aqidah umat
sehingga bisa menyebabkan mereka kufur terhadap kebenaran agama yang
dipeluknya.
Kalau diibaratkan penyakit, paham Pluralisme Agama seperti virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan rusaknya/melemahnya
sistem kekebalan tubuh manusia sehingga rentan terhadap penyakit.
Makin lama penderita virus ini makin banyak, dan semakin banyak pula
yang meninggal karenanya. Begitu juga paham Pluralisme Agama yang
sedang dikembangkan di Indonesia, akan memperlemah keyakinan
pemeluknya akan kebenaran agamanya. Semakin hari semakin banyak
pemeluk agama yang terjangkiti olehnya, dan semakin banyak pula yang
akan gugur agamanya.
Paham Pluralisme Agama ini semakin ngetrend setelah wafatnya
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang mendapat pujian Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai "Bapak Pluralisme". Pujian SBY ini
disampaikan sebagai ucapan kata terakhir untuk Gus Dur saat
menyampaikan pidato prosesi pemakaman Gus Dur.
"Selamat jalan Bapak Pluralisme. Semoga tenang di sisi Allah SWT,"
kata SBY dalam pidatonya di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Rabu
(31/12/2009).
Menanggapi pujian ini, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun mengaku
bangga dengan sebutan ini. Bahkan menurut Ketua Dewan Tanfidz DPP PKB,
Muhaimin Iskandar di Jakarta, PKB merasa terhormat, presiden
memberikan gelar bapak pluralisme.
Bahkan Cak Imim (panggilan akrab Muhaimin Iskandar) menyatakan,
menjadi tanggung jawab PKB untuk meneruskan gelar pluralisme ini.
"Kita akan lanjutkan sekuat tenaga," jelasnya.
Berbeda dengan PKB, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur
dengan tegas menolak gelar "Bapak Pluralisme" untuk Gus Dur oleh
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
"Kami tidak sependapat jika Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme
seperti diungkapkan Presiden di Jombang beberapa waktu lalu karena
dapat menimbulkan konflik agama," kata Ketua MUI Jatim K.H.
Abdusshomad Buchori di Surabaya, Rabu (13 Januari 2010).
Kiai Buchori menilai, pluralisme adalah faham pencampuradukan beberapa
ajaran agama sehingga sangat berbahaya terhadap kehidupan beragama di
Indonesia.
Beberapa tahun sebelum wafatnya Gus Dur, gagasan menyematkan gelar
sebagai Bapak Pluralisme sudah pernah diwacanakan. Pada tahun 2006,
tepatnya tanggal 21 September, di Hotel Aryaduta dalam acara
peluncuran buku 'Islamku, Islam Anda, Islam Kita' karya Gus Dur,
Syafi'i Anwar mengatakan bahwa Gus Dur adalah bapak pluralisme
Indonesia. Wimar Witoelar menambahkan bahwa beliau sebetulnya juga
adalah bapak plularisme dunia, mengingat bahwa dunia kini kekurangan
tokoh pluralisme dan bahkan didominasi oleh pemimpin eksklusif dari
semua pihak.
Berikut ini Keputusan Fatwa MUI Tentang Pluralisme, Liberalisme,
Sekularisme Agama:

________________________________________
KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONEISA
Nomor : 7/MUNAS VII/MUI/II/2005
Tentang
PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada
19-22 Jumadil Akhir 1246 H. / 26-29 Juli 2005 M.;

MENIMBANG :
a. Bahwa pada akhir-akhir ini berkembang paham pluralisme agama,
liberalisme dan sekularisme serta paham-paham sejenis lainnya di
kalangan masyarakat;
b. Bahwa berkembangnya paham pluralisme agama, liberalisme dan
sekularisme serta dikalangan masyarakat telah menimbulkan keresahan
sehingga sebagian masyarakat meminta MUI untuk menetapkan Fatwa
tentang masalah tersebut;
c. Bahwa karena itu, MUI memandang perlu menetapkan Fatwa tentang
paham pluralisme, liberalisme, dan sekularisme agama tersebut untuk di
jadikan pedoman oleh umat Islam.
MENGINGAT :
1. Firman Allah :
"Barang siapa mencari agama selaian agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan terima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi…" (QS. Ali Imaran [3]: 85)
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam…"
(QS. Ali Imran [3]: 19)
"Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. al-Kafirun [109] : 6).
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS. al-Azhab [33:36).
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. al-Mumtahinah [60]: 8-9).
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan. (QS. al-Qashash [28]: 77).
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta. (terhadap Allah). (QS. al-An'am [6]: 116).
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami
telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka
berpaling dari kebanggaan itu. (Q. al-Mu'minun [23]: 71).
2. Hadis Nabi SAW :
a. Imam Muslim (w. 262 H) dalam Kitabnya Shahih Muslim,
meriwayatkan sabda Rasulullah SAW : "Demi Dzat yang menguasai jiwa
Muhammad, tidak ada seorangpun baik Yahudi maupun Nasrani yang
mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan
tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi
penghuni Neraka." (HR Muslim).
b. Nabi mengirimkan surat-surat dakwah kepada orang-orang
non-Muslim, antara lain Kaisar Heraklius, Raja Romawi yang beragama
Nasrani, al-Najasyi Raja Abesenia yang beragama Nasrani dan Kisra
Persia yang beragama Majusi, dimana Nabi mengajak mereka untuk masuk
Islam. (riwayat Ibn Sa'd dalam al-Thabaqat al-Kubra dan Imam
Al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari).
c. Nabi saw melakukan pergaulan social secara baik dengan
komunitas-komunitas non-Muslim seperti Komunitas Yahudi yang tinggal
di Khaibar dan Nasrani yang tinggal di Najran; bahkan salah seorang
mertua Nabi yang bernama Huyay bin Aththab adalah tokoh Yahudi Bani
Quradzah (Sayyid Bani Quraizah). (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

MEMPERHATIKAN : Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII
VII MUI 2005.
Dengan bertawakal kepada Allah SWT.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PLURALISME AGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan
1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua
agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah
relative; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengkalim
bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah.
Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan
hidup dan berdampingan di surga.
2. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau
daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara
berdampingan.
3. Liberalisme adalah memahami nash-nash agama (Al-Qur'an & Sunnah)
dengan menggunakan akal pikiran yang bebas; dan hanya menerima
doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.
4. Sekualisme adalah memisahkan urusan dunia dari agama hanya
digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan
hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan
sosial.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Pluralism, Sekualarisme dan Liberalisme agama sebagaimana
dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan
ajaran agama islam.
2. Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme Sekularisme dan
Liberalisme Agama.
3. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat islam wajib bersikap
ekseklusif, dalam arti haram mencampur adukan aqidah dan ibadah umat
Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.
4. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain
(pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan
aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap
melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak
saling merugikan.
Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 22 Jumadil Akhir 1426 H.
29 Juli 2005 M.
MUSYAWARAH NASIONAL VII
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Pimpinan Sidang Komisi C Bidang Fatwa Ketua, (K.H. MA'RUF AMIN )
Sekretaris, (HASANUDIN)
(PurWD/voa-islam.com)
Sumber: www.mui.or.id

Tokoh-Tokoh Nyeleneh UIN dan IAIN bag3

18. Dr. Siti Musdah Mulia
Dr. Siti Musdah Mulia (wanita, dosen pascasarjana UIN Jakarta,
menyuarakan kesetaraan gender dengan membuat LSM di Departemen Agama,
menyuarakan pembatalan syari'at Islam di antaranya melarang poligami,
tapi membolehkan nikah beda agama. Ini jelas-jelas mengharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram, dilakukan bersama timnya 11 orang
plus kontributornya 16 orang. Tim pengharaman yang halal dan
penghalalan yang haram itu adalah:
a. Dr Siti Musdah Mulia, MA, Apu;
b. Drs Marzuki Wahid, MA;
c. Drs Abd Moqsith Ghazali, MA;
d. Dra Anik Farida, MA;
e. Saleh Partaonan, MA, M.Hum;
f. Drs Ahmad Suaedy,
g. Drs H Marzani Anwar, APU alumni IAIN Jogjakarta;
h. H Abdurrahman Abdullah, MA,
i. Dr KH Ahmad Mubarok, MA;
j. Drs Asep Taufik Akbar, MA. Kontributor aktif 16 orang:
k. KH Drs Husen Muhammad pengasuh PP Arjawinangun Cirebon Jabar;
l. KH Drs Afifuddin Muhajir, MA pengasuh PP Sukorejo Asembagus
Situbondo Jawa Timur;
m. Drs Lies Marcoes-Natsir, MA feminis Muslim;
n. Dr H Zainun Kamal, MA dosen Pascasarjana UIN Jakarta;
o. Dr H Ahmad Luthfi dosen pascasarjana UIN Jakarta;
p. Drs Syafiq Hasyim, MA deputi direktur ICIP Jakarta;
q. Faqihuddin Abdul Qadir, MA direktur Fahmina Institute Cirebon;
r. Drs M Jadul Maula, MA direktur LkiS Jogjakarta;
s. Drs Imam Nakhai, MHI dosen Ma'had Aly Situbondo;
t. Dr Hamim Ilyas, MA dosen UIN Jogjakarta;
u. Dra Badriyah Fayumi, Lc, MA peneliti Puan Amal Hayati pimpinan
Sinta Nuriyah isteri Gus Dur di Ciganjur Jakarta;
v. Drs Noer Yamin Aini, MA peneliti PPSDM UIN Jakarta;
w. Drs Umi Khusnul Khatimah, MA PP Fatayat NU;
x. Dra Mesraini MA staf pengajar UIN Jakarta;
y. Dra Ny Hindun Anisa, MA PP Krapyak Jogjakarta;
z. dan Drs Fatmah Amelia, MA dosen UIN Jogjakarta.
Mereka ini di bawah kordinator Siti Musdah Mulia mengeluarkan buku
Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (KHI) dengan label Pokja
Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, Jakarta 2004. Isinya
meresahkan umat Islam karena menghalalkan yang haram dan mengharamkan
yang halal, hingga MUI berkirim surat teguran keras ke Menteri Agama
Said Agil Al-Munawwar, akhirnya draf itu dicabut oleh Menag, Oktober
2004.).
19. Faqihuddin
Faqihuddin (alumni Suriah yang temannya sendiri seperti Adnin Armas
heran, kenapa setelah jadi dosen STAIN Cirebon jadi nyeleneh dan
menulis di Majalah Syir'ah yang isi majalah itu banyak menyesatkan)
20. Hussein Muhammad
Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid, Cirebon, memberikan pengantar
untuk buku In The Name Of Sex karya Soffa Ihsan yang tak sungkan
membeberkan sederet pengalaman menghirup kenikmatan sesaat bersama
perempuan lain –dari yang muda hingga yang tua. Soffa Ihsan bertutur
ihwal petualangannya di dunia prostitusi di kota besar hingga
tempat-tempat terpencil di Sumatra. Soffa menyangsikan aturan agama
dapat menyelesaikan masalah faktual, seperti pelacuran, hubungan
sejenis, seks bebas, yang tak memandang kelas di masyarakat itu. Ia
memandang doktrin agama tafsiran ulama klasik yang pernah dilahapnya
di pesantren tidak relevan lagi dengan kenyataan yang berkembang di
masyarakat. (Lihat Majalah Gatra Nomor 13 Beredar 4 Februari 2005).
Buku yang jelas-jelas membeberkan bejatnya moral diri sendiri sebagai
seorang gigolo (?), masih pula menghujat Islam itu, malah diberi kata
pengantar oleh Hussein Muhammad. Di samping itu rupanya orang Cirebon
ini dipercaya teman-teman sepenyelenehan untuk bicara gender sampai di
Malaysia.
Sekalipun Hussein Muhammad ini sudah dipercaya oleh orang JIL sampai
jadi utusan ke Malaysia, namun ternyata keok di kandang sendiri di
Cirebon, ketika melabrak seorang ustadz muda, Muhammad Toharo. Singkat
peristiwanya, Hussein Muhammad dan Faqihuddin beserta dua rekannya
datang ke seorang ustadz muda, Muhammad Toharo, di Yayasan As-Sunnah
Cirebon Jawa Barat. Empat orang berpaham model JIL itu berbantah
dengan Ust Toharo di rumah Toharo.
Disepakati, mereka mempercayai Kitab Tafsir Ibnu Katsir, dan akan
dibaca saat itu juga. Hussein Muhammad disuruh membacanya, tafsiran
Surat Al-Baqarah ayat 62 yang sering dijadikan landasan faham
pluralisme agama, menyamakan semua agama. Baru membaca beberapa baris,
Hussein Muhammad dicecar, Yahudi dan Nasrani yang diterima agamanya
oleh Allah swt itu yang saalifah, yang telah lalu (bukan setelah
datangnya Nabi Muhammad ).
Pembacaan tafsir ini tidak diteruskan sampai hadits-hadits yang
menjelaskan bahwa Yahudi dan Nasrani yang sudah mendengar seruan Nabi
Muhammad dan tidak mau masuk Islam, lalu mati, maka menjadi
penghuni-penghuni neraka. Akibatnya, empat orang JIL ini tidak bisa
mengelak, akhirnya mengakui bahwa Yahudi dan Nasrani sekarang
statusnya kafir.
Hanya saja mereka berempat masih mengelak tentang Yahudi dan Nasrani
yang statusnya kafir itu masuk neraka atau tidak. Lalu Ust Toharo
menegaskan, menurut Al-Qur'an, orang kafir itu masuk neraka selamanya.
Percaya Al-Qur'an tidak? Bila tidak percaya maka kamu kafir, tegas Ust
Toharo, awal 2005. Demikian menurut penuturan Ust Toharo ketika
penulis bertemu dengannya di Bogor, menjelang Iedul Adha 1425H/ 19
Januari 2005.
21. Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar (orang UIN Jakarta yang menyebarkan feminisme dan
dipercaya oleh orang JIL –Jaringan Islam Liberal untuk bicara Islam
model mereka ke Amerika). Dia diangkat jadi pengurus structural PBNU
setelah Muktamar di Donoudan Boyolali Jawa Tengah, Syawal 1425H/
November 2004, yang saat itu pesawat Lion Air tergelincir di Bandara
Panasan/Adisumarmo Solo hingga di antara tokoh NU, yang duduk di DPR
dan akan menghadiri muktamar itu ternyata meninggal.
Gus Dur dan Masdar Farid Mas'udi kalah telak oleh pasangan Hasyim
Muzadi dan KH Sahal Mhfudz, maka Gus Dur mengancam akan membuat NU
tandingan. Akibatnya, Hasyim Muzadi mengakomodasi pihak liberal model
Gus Dur dan Masdar F Mas'udi, maka dimasukkanlah Nasaruddin Umar yang
liberal dan feminisme itu ke jajaran kepengurusan PBNU).
22. Alwi Shihab
Alwi Shihab (tokoh di NU/ PKB, pendorong awal dan pengkampanye
penyamaan semua agama, berkolaborasi dengan pejabat non Islam untuk
menatar para karyawan tentang faham pluralisme agama / menyamakan
semua agama di satu instansi meliputi Jawa dan Madura).
23. Quraish Shihab
Quraish Shihab mantan menteri agama 70 hari zaman Soeharto dan mantan
rector IAIN Jakarta yang dikenal mengemukakan ucapan selamat natal
diklaim sebagai sesuai Al-Qur'an, dan bersuara aneh tentang jilbab
hingga pernah dibantah mahasiswa Indonesia di Mesir.
Quraish Shihab menulis dengan judul Selamat Natal Menurut Al-Qur'an,
di buku Membumikan Al-Qur'an. Di antara isinya:
Dalam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al-Quran
memperkenalkan satu bentuk redaksi, dimana lawan bicara memahaminya
sesuai dengan pandangan atau keyakinannya, tetapi bukan seperti yang
dimaksud oleh pengucapnya. Karena, si pengucap sendiri mengucapkan dan
memahami redaksi itu sesuai dengan pandangan dan keyakinannya. Salah
satu contoh yang dikemukakan adalah ayat-ayat yang tercantum dalam QS
34:24-25. Kalaupun non-Muslim memahami ucapan "Selamat Natal" sesuai
dengan keyakinannya, maka biarlah demikian, karena Muslim yang
memahami akidahnya akan mengucapkannya sesuai dengan garis
keyakinannya. Memang, kearifan dibutuhkan dalam rangka interaksi
sosial.
Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu, bila ia
ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai akidahnya. Tetapi,
tidak juga salah mereka yang membolehkannya, selama pengucapnya
bersikap arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih
jika hal tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.
(Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Dr. M. Quraish Shihab, Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab
1417/November 1996)
Tulisan Quraish Shihab itu walaupun berdalih ini dan itu, di antaranya
untuk interaksi social dan keharmonisan, namun justru dia tidak
menengok kondisi social yang umat Islam selama ini jadi incaran
kristenisasi dan pemurtadan. Bahkan di masa umat Islam terkena musibah
seperti di Aceh yang kena badai Tsunami Ahad 26 Desember 2004 hingga
mematikan lebih dari 150-an ribu orang dan menghancurkan hampir
seluruh bangunan, tetap saja kristenisasi dan pemurtadan
mengintai-intai dan mencari kesempatan.
Hingga dikhabarkan 300 anak Aceh dibawa keluar oleh lembaga Kristen,
yang hal itu menjadi polemik. Dengan "fatwa" seperti itu, maka ada
situs yang menyebut bahwa hanya mereka yang agak rancu pikirannya saja
yang memahami ayat 30-34 Surat Maryam sebagai ayat yang
memerintahkan/membolehkan untuk mengucapkan selamat natal kepada orang
kafir. (lihat syariahonlien.com, konsulotasi akidah, Boleh mengucapkan
selamat Natal?).
24. Atho' Mudhar
Atho' Mudhar Kepala Badan Litbang (Penelitian dan Pengembangan)
Deprtemen Agama RI yang berpendapat bahwa Masjidil Aqsho bukan di
Palestina tapi di baitul makmur di langit, suatu penafsiran aneh yang
berbau pro Yahudi Israel dan dikemukakan di pengajian Paramadina
pimpinan Nurcholish Madjid lalu disebarkan oleh Majalah Tempo pimpinan
tokoh liberal Gunawan Mohammad. Masalah itu pernah penulis kemukakan
kepada Syaikh Rajab, Imam Masjidil Aqsho Palestina, 1993, beliau
sangat terheran-heran, ada orang Indonesia yang seliar itu dalam
menafsirkan ayat suci Al-Qur'an.
25. Azyumardi Azra
Azyumardi Azra, Rektor UIN Jakarta dan Ketua umum Yayasan Wakaf
Paramadina di Jakarta menggantikan Komaruddin Hidayat. Azra termasuk
penolak diterapkannya syari'at Islam namun nasibnya tak seburuk Ahmad
Syafi'i Maarif, karena Azra meliuk-liuk dalam tulisan dan bicaranya
dengan berlindung pada peradaban atau menisbatkan gagasannya kepada
tokoh lain, hingga walau sampai sebagai pemuja demokrasi hingga dia
sebut Islam kompatibel (cocok, rukun, harmonis) dengan demokrasi,
namun masyarakat belum mengecamnya.
Padahal dia justru pemuja demokrasi untuk dipas-paskan
dicocok-cocokkan dengan Islam seraya menolak diterapkannya syari'at
Islam. Dalam tulisannya di rubrik Resonansi di Harian Republika,
Azyumardi Azra mengajak Indonesia untuk meniru langkah-langkah PM
Malaysia, Abdullah Badawi.
Azyumardi menulis: Bagaimana sosok Islam progresif yang dibayangkan
Badawi itu? Singkatnya adalah Islam yang toleran, inklusif, modern,
kompatibel dengan demokrasi dan perkembangan kontemporer. Bukan Islam
yang dipahami secara harfiah, kaku, eksklusif, dan berorientasi ke
masa silam.
Di situlah lihainya Azyumardi Azra, ketika ia sedang memuja demokrasi
dan liberal dengan menyebut Islam yang inklusif (menganggap agama kami
mungkin salah, agama orang lain mungkin benar, maka saling mengisi;
ini faham liberal yang setingkat di bawah pluralisme agama yang
menyamakan semua agama), dan memuja demokrasi dengan menyebut Islam
yang kompatibel (cocok, rukun, harmonis) dengan demokrasi; ia
sandarkan kepada orang lain yakni PM Abdullah Badawi.
Sehingga seakan-akan tulisannya itu bukanlah memuja demokrasi plus
jualan faham liberal yang tak sesuai dengan Islam, dari dirinya
sendiri. Kelihaian ini yang mengakibatkan Azyumardi Azra belum terkena
getah cap buruk dari masyarakat, kecuali dari kalangan tertentu yang
sudah mencium keliberalannya dan faham pluralisme agamanya yang
dibungkus-bungkus itu. Dengan cara itu dia mendapatkan dua keuntungan,
dari pihak anti Islam dia dipercaya, sedang dari pihak Islam dia
tidak/belum dikecam.
Allah lah yang Maha Mengetahui, mengetahui rahasia-rahasia yang di
dalam hati, sedang manusia mengetahui gejala yang nampak. Bagi yang
jeli seperti Adian Husaini, sekalipun dia berada di Kuala Lumpur
Malaysia, namun sempat juga melihat tikaman-tikaman Azyumardi Azra
terhadap Islam, maka Adian pernah menulis khusus menyoroti artikel
resonansi Azra di Republika.
Sorotan Adian itu dimuat di hidayatullah.com Jumat, 03 Desember 2004
dan dibaca di Radio Dakta Bekasi, berjudul Kebangkitan Islam atau
Kebangkrutan Islam?
Tulis adian: Menurut Azyumardi Azra, Kebangkitan Islam ditandai dengan
toleransi dan gagasan pluralisme. Islam gaya Timur Tengah justru
'ancaman Islam'. Sikap cari muka terhadap Barat?
Pada tanggal 2 Desember 2004, Prof. Azyumardi Azra, Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Jakarta, menulis satu di kolom Resonansi, di Harian
Republika, berjudul Memahami Kebangkitan Islam.
Kolom ini perlu kita cermati karena memuat banyak hal yang perlu
diklarifikasi. Sejumlah istilah yang digunakan Azyumardi memiliki
makna yang rancu dan menunjukkan kuatnya hegemoni Barat dalam kajian
tentang Islam, umat Islam, dan dunia Islam.
Sehingga, ilmuwan sekaliber Prof. Azyumardi Azra (AA) harus menelan
mentah-mentah istilah dan sekaligus wacana yang dijejalkan oleh Barat
ke dunia Islam. Karena itu, muncul paradoks, bahwa sesuatu yang
mestinya diprihatinkan, justru dibangga-banggakan. (Lihat
hidayatullah.com).
Adian mencontohkan, faham pluralisme agama (menyamakan semua agama)
dibanggakan Azra karena kini tumbuh di Indonesia, padahal itu
seharusnya sangat harus diprihatinkan, bukan dibanggakan. Makanya,
Adian sampai mengatakan, Azra telah menelan mentah-mentah pernyataan
orang Israel, yang hal itu sangat disayangkan, lalu Adian
mempertanyakan, apakah itu untuk menjilat Barat.
26. Said Aqil Siradj
Said Aqil Siradj, dosen pasca sarjana UIN Jakarta dan tokoh NU
–Nahdlatul Ulama– yang pernah bersuara sangat aneh dan menyakiti para
sahabat Nabi Muhammad bahwa orang Arab sepeninggal Nabi Muhammad
mereka murtad kecuali hanya orang-orang Arab Quraisy, itupun tidak
keluarnya dari Islam bukan karena agama tapi karena suku/ kabilah.
Dengan tulisannya di makalah yang sangat menyakiti para sahabat Nabi
Muhammad itu maka Aqil Siradj dikafirkan oleh belasan ulama dan ada
gagasan untuk diusulkan ke almamaternya, Universitas Ummul Quro
Makkah, agar gelar doktornya dicabut; namun malah Aqil Siradj
menantang silahkan dicabut, sekalian gelar hajinya yang telah ia
jalani belasan kali silahkan dicabut.
Lancangnya Said Aqil Siradj melontarkan tuduhan bahwa –orang Arab
sepeninggal Nabi Muhammad mereka murtad kecuali hanya orang-orang
Arab Quraisy, itupun tidak keluarnya dari Islam bukan karena agama
tapi karena suku/ kabilah– itu sangat jauh bila dibandingkan dengan
peringatan dari Nabi Muhammad untuk berhati-hati dalam berucap
mengenai pribadi para sahabat Nabi :
Diriwayatkan dari Abu Said katanya: Di antara Khalid bin al-Walid dan
Abdul Rahman bin Auf telah terjadi sesuatu, lalu Khalid mencacinya.
Mendengar hal itu, Rasulullah bersabda: Janganlah kamu mencaci
Sahabatku, maka sesungguhnya walaupun salah seorang dari kamu
membelanjakan emas sebesar gunung Uhud sekalipun, dia tidak dapat
menandingi salah seorang ataupun separuh dari mereka. (Hadits Muttafaq
'Alaih ).
Dengan lontaran-lontaran nyeleneh seperti itu maka mereka dari jauh
pun sudah tercium baunya bahwa mereka adalah orang-orang yang suaranya
nyeleneh mengenai Islam. Atau kacau dalam berbicara tentang Islam. Itu
belum yang secara habitat memang liberal seperti Komaruddin Hidayat
bekas ketua Paramadina. Dulunya justru di barisan depan dalam
menghadapi Islam, seakan berada di barisan Nasrani, ketika dia
keceplosan menyinggung hal yang rawan: Kalau nanti partai Islam menang
maka kalian para tokoh dan anggota gereja disembelih semua. Berita itu
santer tahun 1985-an, dimuat oleh Koran Protestan, Sinar Harapan, lalu
Komaruddin Hidayat khabarnya meminta maaf atas keterlanjurannya itu.
Ada pula bibit-bibit yang kini masih dalam proses kenyelenehan
misalnya Pradana Boy, Sukidi, Fuad Fanani dari Muhammadiyah, dan
semacamnya yang sudah tampak membela-bela kenyelenehan atau
nyerempet-nyerempet ke arah kenyelenehan dengan tulisan-tulisan
misalnya di milis-milis. Belum pula aktivis yang tadinya dari Majalah
Panji Masyarakat (dulu pimpinan Buya Hamka kemudian dilanjutkan
anaknya, Rusydi Hamka, belakangan pindah-pindah tangan, dan kini telah
tiada nafas lagi) misalnya Syafi'i Anwar yang bekerjasama dengan The
Asia Foundation dengan lembaganya, ICIP –International Center for
Islam and Pluralism– menyuarakan suara kemusyrikan yaitu pluralisme
agama. Lembaga inilah yang mendatangkan tokoh Mesir yang telah divonis
sebagai orang murtad oleh Mahkamah Agung Mesir tahun 1996 karena
tulisan-tulisannya yang menghujat Islam yakni Dr Nasr Hamid Abu Zayd
ke Indonesia untuk ke UIN Jakarta dan lembaga-lembaga liberal lainnya,
September 2004.
Orang-orang JIL pun sibuk mengikuti work shopnya, bahkan sibuk menulis
dan wawancara untuk disebarkan di sana-sini. Nama Amin Abdullah rector
UIN Jogjakarta dan ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah selaku pengagum
Nasr Hamid Abu Zayd karena teori hermeneutic yang diikutinya telah
menganggap Al-Qur'an sebagai produk budaya itupun diwawancarai dan
disebarkan, pada bulan September 2004.
Masyarakat Islam Indonesia dijejali suguhan yang dikais-kais dari otak
orang yang sudah divonis murtad oleh Mahkamah Agung Mesir dengan
sejumlah pelecehan terhadap Islam.
Berikut ini cuplikan artikel yang pantas disimak:
Kisah Intelektual Nasr Hamid Abu Zayd
Oleh Dr. Syamsuddin Arif
Orientalisches Seminar, Universitas Frankfurt, Jerman
Beberapa waktu lalu, sebuah workshop bertemakan kritik Wacana Agama,
digelar di Jakarta.
Penyelenggaranya, Jaringan Islam Liberal (JIL) dan International
Center for Islam and Pluralism (ICIP), menghadirkan Nasr Hamid Abu
Zayd sebagai pembicara utama. Tulisan ini bermaksud mengkritisi sosok
tokoh yang sedang tenar di Indonesia ini.
Nama Nasr Hamid Abu Zayd, intelektual asal Mesir yang 'kabur' ke
Belanda dan kini mengajar di Universitas Leiden itu, pertama kali saya
dengar dari Profesor Arif Nayed, seorang pakar hermeneutika yang
pernah menjadi guru besar tamu di ISTAC, Malaysia, sekitar tujuh tahun
yang lalu. Perkembangan kasusnya saya ikuti dari liputan media dan
laporan jurnal.
Terus-terang saya tidak begitu tertarik oleh teori dan ide-idenya
mengenai analisis wacana, kritik teks, apalagi hermeneutika. Sebabnya,
saya melihat apa yang dia lontarkan kebanyakan –untuk tidak mengatakan
seluruhnya– adalah gagasan-gagasan nyeleneh yang diimpor dari tradisi
pemikiran dan pengalaman intelektual masyarakat Barat.
Promosi guru besar
Nasr Hamid Abu Zayd adalah orang Mesir asli, lahir di Tantra, 7
Oktober 1943. Pendidikan tinggi, dari S1 sampai S3, jurusan sastra
Arab, diselesaikannya di Universitas Kairo, tempatnya mengabdi sebagai
dosen sejak 1972. Namun ia pernah tinggal di Amerika selama dua tahun
(1978-1980), saat memperoleh beasiswa untuk penelitian doktoralnya di
Institute of Middle Eastern Studies, University of Pennsylvania,
Philadelphia.
Karena itu ia menguasai bahasa Inggris lisan maupun tulisan. Ia juga
pernah menjadi dosen tamu di Universitas Osaka, Jepang. Di sana ia
mengajar Bahasa Arab selama empat tahun (Maret 1985-Juli 1989). Karya
tulisnya yang telah diterbitkan antara lain: (1) Rasionalisme dalam
Tafsir: Studi Konsep Metafor Menurut Mu'tazilah (al-Ittijah al-'Aqliy
fi-t Tafsir: Dirasah fi Mafhum al-Majaz 'inda al-Mu'tazilah, Beirut
1982); (2) Filsafat Hermeneutika: Studi Hermeneutika al-Quran menurut
Muhyiddin ibn 'Arabi' (Falsafat at-Ta'wil: Dirasah fi Ta'wil al-Qur'an
'inda Muhyiddin ibn 'Arabi, Beirut, 1983); (3) Konsep Teks: Studi
Ulumul Quran (Mafhum an-Nashsh: Dirasah fi 'Ulum al-Qur'an, Kairo,
1987); (4) Problematika Pembacaan dan Mekanisme Hermeneutik
(Isykaliyyat al-Qira'ah wa Aliyyat at-Ta'wil, Kairo, 1992); (5) Kritik
Wacana Agama (Naqd al-Khithab ad-Diniy, 1992); dan (6) Imam Syafi'i
dan Peletakan Dasar Ideologi Tengah (al-Imam asy-Syafi'i wa Ta'sis
Aidulujiyyat al-Wasathiyyah, Kairo, 1992).
Kecuali nomor satu dan dua, yang berasal dari tesis master dan
doktoralnya, tulisan-tulisan Abu Zayd telah memicu kontroversi dan
berbuntut panjang. Ceritanya bermula di bulan Mei 1992. Abu Zayd
mengajukan promosi untuk menjadi guru besar di fakultas sastra
Universitas Kairo. Beserta berkas yang diperlukan ia melampirkan semua
karya tulisnya yang sudah diterbitkan. Enam bulan kemudian, 3 Desember
1992, keluar keputusannya: promosi ditolak. Abu Zayd tidak layak
menjadi profesor, karya-karyanya dinilai kurang bermutu bahkan
menyimpang dan merusak karena isinya melecehkan ajaran Islam, menghina
Rasulullah SAW, meremehkan al-Quran, dan menghina para ulama salaf.
Abu Zayd tidak bisa menerima dan protes.
Beberapa bulan kemudian, pada Jumat, 2 April 1993, Profesor
Abdushshabur Syahin, yang juga salah seorang anggota tim penilai,
dalam khutbahnya di Mesjid 'Amru bin 'Ash, menyatakan Abu Zayd murtad.
Pernyataan Ustadz Syahin diikuti oleh para khatib di masjid-masjid
pada Jumat berikutnya. Mesir pun heboh. Harian al-Liwa' al-Islami
dalam editorialnya 15 April 1993 mendesak pihak Universitas Kairo agar
Abu Zayd segera dipecat karena dikhawatirkan akan meracuni para
mahasiswa dengan pikiran-pikirannya yang sesat dan menyesatkan.
Pada 10 Juni 1993 sejumlah pengacara, dipimpin oleh M Samida
Abdushshamad, memperkarakan Abu Zayd ke pengadilan Giza. Pengadilan
membatalkan tuntutan mereka pada 27 Januari 1994. Namun di tingkat
banding tuntutan mereka dikabulkan. Pada 14 Juni 1995, dua minggu
setelah Universitas Kairo mengeluarkan surat pengangkatannya sebagai
profesor, keputusan Mahkamah al-Isti'naf Kairo menyatakan Abu Zayd
telah keluar dari Islam alias murtad dan, karena itu, perkawinannya
dibatalkan. Ia diharuskan bercerai dari istrinya (Dr Ebtehal Yunis),
karena seorang yang murtad tidak boleh menikahi wanita muslimah. Abu
Zayd mengajukan banding.
Ulama al-azhar
Sementara itu, Fron Ulama al-Azhar yang beranggotakan 2.000 orang,
meminta pemerintah turun tangan: Abu Zayd mesti disuruh bertaubat
atau—kalau yang bersangkutan tidak mau—ia harus dikenakan hukuman
mati. Tidak lama kemudian, 23 Juli 1995, bersama istrinya, Abu Zayd
terbang pergi ke Madrid, Spanyol, sebelum akhirnya menetap di Leiden,
Belanda, sejak 2 Oktober 1995 sampai sekarang. Mahkamah Agung Mesir
pada 5 Agustus 1996 mengeluarkan keputusan yang sama:
Abu Zayd dinyatakan murtad dan perkawinannya dibatalkan. Dalam putusan
tersebut, kesalahan-kesalahan Abu Zayd disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, berpendapat dan mengatakan bahwa perkara-perkara gaib yang
disebut dalam al-Quran seperti 'arasy, malaikat, setan, jin, surga,
dan neraka adalah mitos belaka.
Kedua, berpendapat dan mengatakan bahwa al-Quran adalah produk budaya
(muntaj tsaqafi), dan karenanya mengingkari status azali al-Quran
sebagai Kalamullah yang telah ada dalam al-Lawh al-Mahfuz.
Ketiga, berpendapat dan mengatakan bahwa al-Quran adalah teks
linguistik (nashsh lughawi). Ini sama dengan mengatakan bahwa
Rasulullah telah berdusta dalam menyampaikan wahyu dan al-Quran
adalah karangan beliau.
Keempat, berpendapat dan mengatakan bahwa ilmu-ilmu al-Quran adalah
tradisi reaksioner serta berpendapat dan mengatakan bahwa syariah
adalah faktor penyebab kemunduran umat Islam.
Kelima, berpendapat dan mengatakan bahwa iman kepada perkara-perkara
gaib merupakan indikator akal yang larut dalam mitos.
Keenam, berpendapat dan mengatakan bahwa Islam adalah agama Arab, dan
karenanya mengingkari statusnya sebagai agama universal bagi seluruh
umat manusia.
Ketujuh, berpendapat dan mengatakan bahwa teks al-Quran yang ada
merupa kan versi Quraisy dan itu sengaja demi mempertahankan supremasi
suku Quraisy.
Kedelapan, mengingkari otentisitas Sunnah Rasulullah .
Kesembilan, mengingkari dan mengajak orang keluar dari otoritas Teks-teks agama.
Kesepuluh, berpendapat dan mengatakan bahwa patuh dan tunduk kepada
teks-teks agama adalah salah satu bentuk perbudakan.
Reaksi pro dan kontra bermunculan, dari kalangan intelektual maupun
aktivis HAM. Pelbagai media di Barat kontan mengecam keputusan
tersebut seraya memihak dan membela Abu Zayd. Mereka menuduh Abu Zayd
telah dizalimi dan ditindas, bahwa hak asasinya dirampas, bahwa
kebebasan berpendapat dan berekspresi telah dipasung. The Middle East
Studies Association of North America, misalnya, melalui Komite
Kebebasan Akademis melayangkan surat keprihatinan kepada Presiden
Mesir, Husni Mubarak. Namun keputusan tersebut sudah final, tidak
dapat diganggu-gugat dan tidak dapat dicabut lagi.
Di Belanda Abu Zayd justru mendapat sambutan hangat dan diperlakukan
istimewa. Rijksuniversiteit Leiden langsung merekrutnya sebagai dosen
sejak kedatangannya (1995) sampai sekarang. Ia bahkan diberi
kesempatan dan kehormatan untuk menduduki the Cleveringa Chair in Law
Responsibility, Freedom of Religion and Conscience, kursi profesor
prestisius di universitas itu. Tidak lama kemudian, Institute of
Advanced Studies (Wissenschaftskolleg) Berlin mengangkatnya sebagai
Bucerius/ZEIT Fellow untuk proyek Hermeneutika Yahudi dan Islam.
Pihak Amerika tidak mau ketinggalan. Pada 8 Juni 2002, the Franklin
and Eleanor Roosevelt Institute menganugrahkan The Freedom of Worship
Medal_ kepada Abu Zayd. Lembaga ini menyanjung Abu Zayd terutama
karena pikiran-pikiranya yang dinilai 'berani' dan 'bebas' (courageous
independence of thought) serta sikapnya yang apresiatif terhadap
tradisi falsafah dan agama Kristen, modernisme dan humanisme Eropa.
Di Indonesia, Abu Zayd diundang dan disambut meriah.
Gagasan-gagasannya diadopsi dan dipropagandakan secara besar-besaran,
buku-bukunya diterjemahkan, lokakarya dan seminar digelar. Prof Dr M
Amin Abdullah dari IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dalam sebuah
wawancara dengan JIL, mengaku cukup tertarik dengan karya-karya Abu
Zayd seperti Naqd al-Khithab ad-Dini yang dinilainya cocok untuk
dibahas (diajarkan?) di lingkungan IAIN atau PTAI (Perguruan Tinggi
Agama Islam). Ia dan cendekiawan lainnya di Tanah Air tampaknya lupa
atau sengaja menganggap sepi keputusan Mahkamah Agung Mesir,
menganggap keputusan tersebut berlatarbelakang politik, dan karenanya
tidak valid secara akademis.
Padahal, keputusan hukum tersebut diambil berdasarkan fakta-fakta dan
hasil kesimpulan penelitian tim dan saksi ahli yang pakar di
bidangnya. Jadi keputusan tersebut sah dan mengikat (valid and
binding) baik secara hukum maupun secara akademis. Lebih jauh dari
itu, karena dicapai melalui prosedur ilmiah, musyawarah dan
kesepakatan para ahli (ulama) di bidangnya, maka keputusan tersebut
sesungguhnya merupakan ijma', bukan lagi pendapat pribadi. Dan itu
diperkuat dengan pernyataan sikap ulama yang tergabung dalam Jabhat
Ulama al-Azhar.
Selesai.

Tokoh-Tokoh Nyeleneh di UIN dan IAIN (2)

9. Harun Nasution
Harun Nasution tokoh di IAIN Jakarta yang menggemakan istilah
pembaruan Islam dialihkan maknanya menjadi: memperbaharui dengan model
modern/ Barat, sampai yang menghalalkan dansa-dansa campur aduk laki
perempuan seperti Rifa'at At-Thahthawi (Mesir) pun dikategorikan dalam
satu nama yaitu kaum Modernis.
Mendiang Prof Dr Harun Nasution alumni McGill Canada yang bertugas di
IAIN Jakarta itu pun memuji Rifa'at Thahthawi (orang Mesir alumni
Prancis) sebagai pembaharu dan pembuka pintu ijtihad (Harun Nasution,
Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hal 49).
Padahal, menurut Ali Muhammad Juraisyah dosen Syari'ah di Jami'ah
Islam Madinah, Rifa'at Thahthawi itu alumni Barat yang paling
berbahaya. Rifa'at Thahthawi tinggal di Paris 1826-1831M yang kemudian
kembali ke Mesir dengan bicara tentang dansa yang ia lihat di Paris
bahwa hanya sejenis keindahan dan kegairahan muda (syalbanah),
tidaklah fasik berdansa itu dan tidaklah fasik (tidak melanggar agama)
berdempetan badan (dalam berdansa laki-perempuan itu, pen).
Ali Juraisyah berkomentar: Sedangkan Rasulullah bersabda:
"Likulli banii aadama haddhun minaz zinaa: fal 'ainaani tazniyaani wa
zinaahuman nadhru, walyadaani tazniyaani wazinaahumal bathsyu,
warrijlaani tazniyaani wazinaahumal masy-yu, walfamu yaznii wazinaahul
qublu, walqolbu yahwii wa yatamannaa, walfarju yushoddiqu dzaalika au
yukaddzibuhu."
Artinya: "Setiap bani Adam ada potensi berzina: maka dua mata berzina
dan zinanya melihat, dua tangan berzina dan zinanya memegang, dua kaki
berzina dan zinanya berjalan, mulut berzina dan berzinanya mencium,
hati berzina dan berzinanya cenderung dan mengangan-angan, sedang
farji/ kemaluan membenarkan yang demikian itu atau membohongkannya."
(Hadits Musnad Ahmad juz 2 hal 243, sanadnya shohih, dan hadits-hadits
lain banyak, dengan kata-kata yang berbeda namun maknanya sama).
Benarlah Rasulullah , dan bohonglah Syekh Thahthawi.
10. Kautsar Azhari Noer
Kautsar Azhari Noer, seorang dosen UIN Jakarta, penggema ajaran Ibnu
Arabi dan pluralisme agama. Dr Kautsar Azhari Nur orang liberal dari
Paramadina Jakarta ini dalam pidato Debat Fiqih Lintas Agama di UIN
(Universitas Islam Negeri) Jakarta, 15 Januari 2004, berkata: "Akidah
itu memang tidak sama. Akidah itu buatan manusia bukan buatan Tuhan."
Komentar saya: Kalau aqidah itu buatan manusia, padahal fondasi dalam
agama itu justru aqidah, dapatkah agama Allah yaitu Islam itu
fondasinya hanya buatan manusia? Barangkali perkatan Dr Kautsar itu
betul apabila yang dimaksud hanyalah agama buatan manusia, misalnya
agama model Gatoloco dan Darmogandul, suatu kepercayaan di Jawa yang
sangat menghina Islam dengan perkataan-perkataan porno dan jorok.
Tentang aqidah, penjelasan ini bisa disimak: Wakil Sultan (di Suriah
tempat Ibnu Taimiyah bermukim, pen) bertanya tentang iktikad (Aqidah),
maka Ibnu Taimiyah ra berkata: Aqidah bukan datang dariku, juga bukan
datang dari orang yang lebih dahulu dariku tapi dari Allah dan
Rasul-Nya, dan apa yang diijma'i oleh para salaf umat ini diambil dari
kitabullah dan hadits-hadits Bukhari dan Muslim serta hadits-hadits
lainnya yang cukup dikenal dan riwayat-riwayat shahih dari generasi
salaf umat ini.
Anggapan pihak Paramadina bahwa aqidah mereka memang beda, yaitu
pluralisme agama –menyamakan semua agama– adalah berbeda dengan orang
Muslim yang aqidahnya tegas bahwa hanya Islam lah yang benar.
Al-Qur'an menyatakan sesembahan orang non Islam/kafir itu bukan
sesembahan orang Muslim dalam surat Al-Kafirun secara diulang-ulang.
Tetapi dosen UIN Jakarta dan Paramadina ini berani mengatakan bahwa
muslim tapi aqidahnya berbeda, yaitu pluralisme agama.
Bagaimanapun, keyakinan orang pluralis bertentangan dengan Islam, di
antaranya bertentangan dengan Al-Qur'an Surat Al-Kafirun.
Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS Al-Kafirun: 1-6).
11. Zuhairi Misrawi
Zuhairi Misrawi (alumni filsafat Al-Azhar Mesir yang pernah diadili
dan diharap istitab (bertaubat) kepada Allah SWT oleh teman-temannya
di Mesir karena dianggap mengatakan bahwa shalat 5 waktu tidak wajib,
kata Zainul Majdi MA alumni Al-Azhar dari Lombok, di dalam pertemuan
para Ulama dan tokoh Islam di As-Syafi'iyah Jakarta, Rabu 6 Ramadhan
1425H/ 20 Oktober 2004.
Zuhairi Misrawi ini bertekad, seandainya dia jadi ketua MUI (Majelis
Ulama Indonesia), maka akan dia fatwakan, bahwa arti musyrik adalah
politikus busuk. Lihat buku penulis, Mengkritisi Debat Fikih Lintas
Agama, Al-kautsar, Jakarta, 2004).
12. Masdar F. Mas'udi
Masdar F. Mas'udi alumni IAIN Jogjakarta, orang NU yang menyuarakan
kalau lelaki nekad berzina maka hendaknya pakai kondom, dan menyerukan
musim haji wuqufnya bukan hanya di bulan Dzulhijjah tapi bisa di Bulan
Syawwal dan Dzulqo'dah. Dosen Ilmu Fiqh, Dr. Khuzaimah T. Yango,
alumni Mesir, menjelaskan dalam perkuliahan yang saya ikuti di MUI DKI
Jakarta 1997 bahwa pendapat Masdar F. Mas'udi yang menyamakan pajak
dengan zakat adalah jelas pendapat yang tidak benar dan tak punya
landasan. Karena zakat jelas beda sekali dengan pajak. Dalam seminar
pun sudah banyak yang membantah Masdar, kata Dr. Khuzaimah.
Rupanya setelah bermain-main dengan tema pajak dan zakat, Masdar masih
punya "mainan" lagi yaitu tentang waktu pelaksanaan ibadah haji.
Waktu pun berjalan terus, sedang kedudukan seseorang bisa menanjak. Di
tahun 2000, Masdar Farid Mas'udi yang tadinya disebut intelektual muda
itu telah menjadi Katib Syuriyah PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)
dan Anggota Dewan Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia). Dia dengan
menulis embel-embel kedudukannya itu membuat artikel yang dimuat
secara bersambung di Harian Republika, Jum'at tanggal 6 dan tanggal 13
Oktober 2000, berjudul Keharusan Meninjau Kembali Waktu Pelaksanaan
Ibadah Haji.
Tulisan itu menyodorkan pendapat bahwa pelaksanaan ibadah haji
hendaknya bukan hanya sekitar tanggal 8, 9, 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah,
tetapi kapan saja asal selama 3 bulan (Syawal, Dzulqa'dah, dan
Dzulhijjah). Alasan Masdar, karena jelas di dalam Al-Qur'an Al-Hajju
asyhurun ma'lumat. Haji itu di bulan-bulan yang sudah diketahui (3
bulan tersebut). Jadi, menurut Masdar, janganlah Al-Qur'an dikorbankan
oleh hadits Al-Hajju 'arafah, haji itu adalah Arafah. (Istilah
Al-Qur'an dikorbankan oleh hadits itu tidak pernah dipakai oleh ulama
manapun. Saya baru dengar dari pernyataan Masdar itu).
Landasan pikiran Masdar, ia kemukakan bahwa ibadah haji itu 'napak
tilas'. Maka dimensi ruang itu lebih penting ketimbang dimensi lainnya
termasuk waktu. Oleh karena itu, saran Masdar, agar pelaksanaan ibadah
haji itu ya kapan saja, asal 3 bulan tersebut. Faham sesat dan
melecehkan Islam ini dimuat di Kompas, Republika dan media lainnya.
13. Ulil Abshar Abdalla
Ulil Abshar Abdalla (generasi NU yang menulis bahwa hukum Tuhan itu
tidak ada, dan vodca –minuman beralkohol lebih dari 16% bisa jadi di
Rusia halal karena udaranya dingin sekali.
Ungkapan yang merusak Islam dan menghalalkan yang haram ini ditulis di
Kompas 18 November 2002/ Ramadhan 1423H dan dalam wawancara dengan
majalah di Jakarta. Orang ini mulai sengak perkataannya, misalnya dia
mengecam Saudi dengan ungkapan bahwa duit petro dolar dari Arab itu
paling hanya untuk mencetak Al-Qur'an dan buku-buku wahabi yang norak,
anti intelektual… dst.
Gaya bicara semacam itu bisa mengindikasikan adanya kesombongan
tersendiri, yang dalam Al-Qur'an justru disandang oleh orang-orang
yang anti orang beriman:
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah
kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak
tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". Allah akan
(membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing
dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan
dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk. QS Al-Baqarah: 13-16).
14. Luthfi Assyaukanie
Luthfi Assyaukani (orang Paramadina Mulia Jakarta yang menganggap teks
Al-Qur'an mengalami copy editing oleh para sahabat. Ungkapan untuk
meragukan kemurnian Al-Qur'an ini disiarkan lewat internet JIL,
islamlib.com: "Saya cenderung meyakini bahwa Alquran pada dasarnya
adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi tapi kemudian mengalami
berbagai proses copy-editing oleh para sahabat, tabi'in, ahli bacaan,
qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan." (Islamlib.com
–Merenungkan Sejarah Alquran, Oleh: Luthfi AssyaukanieTanggal dimuat:
17/11/2003).
Bagaimana liciknya orang liberal dari Paramadina ini, memasukkan
berbagai unsur termasuk kekuasaan sebagai pelaku copy-editing terhadap
wahyu Allah. Di masa sekarang perpolitikan yang sangat jauh dari Islam
dan penguasanya tidak takut kepada Allah, lalu digambarkan bahwa
Al-Qur'an pun mengalami copy-editing oleh kekuasaan, maka bisa
dibayangkan betapa tajamnya untuk menyuntikkan pemahaman yang keliru
mengenai kemurnian Al-Qur'an.
Betapa tega orang itu dalam menyuntikkan benih-benih untuk meragukan
kemurnian Al-Qur'an. Tangan penguasa dengan bermodal kekuasaannya
dianggap telah mengedit Al-Qur'an. Meskipun ada celoteh semacam itu,
namun umat Islam tetap yakin terhadap penegasan Allah.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya. (QS Al-Hijr: 9).
Pertanyaan yang perlu diajukan kepada Luthfi AsSyaukani, kenapa musuh
Utsman bin Affan ra yang sampai membunuhnya, kemudian tidak membuat
Al-Qur'an tandingan, kalau memang benar bahwa Utsman menggunakan
kekuasaannya untuk mengedit Al-Qur'an?
15. Prof. Dr. M. Amin Abdullah
Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah, Rektor
IAIN Jogjakarta: "Tafsir-tafsir klasik Al-Quran tidak lagi memberi
makna dan fungsi yang jelas dalam kehidupan umat."
Komentar: Ini mengingkari ilmu. Sebab tafsir-tafsir klasik itu
menyampaikan warisan ilmu dari Nabi Muhammad yang disampaikan kepada
para sahabat, diwarisi tabi'in, lalu tabi'it tabi'in, yang kemudian
diwairisi para ulama. Dengan cara menafikan makna dan fungsi
tafsir-tafsir klasik Al-Qur'an, maka sebenarnya yang akan dibabat
justru Al-Qur'annya itu sendiri. Karena kalau umat Islam sudah
menafikan tafsir-tafsir klasik Al-Qur'an, maka tidak tahu lagi mana
makna yang rajih (kuat) dan yang marjuh (lemah) dalam mengetahui isi
Al-Qur'an. Di samping itu, masih mengingkari keadaan manusia.
Seakan-akan manusia sekarang ini bukanlah manusia model dulu, tetapi
makhluq yang baru sama sekali, tidak ada sifat-sifat kesamaan dengan
manusia dulu. Padahal, dari dulu sampai sekarang, dan insya Allah
sampai nanti, ciri-ciri dan sifat-sifat manusia itu sama. Yang munafiq
ya ciri-ciri dan sifat-sifatnya sama dengan munafiq zaman dulu. Yang
kafir pun demikian. Sedang yang mu'min sama juga ciri dan sifatnya
dengan mu'min zaman dulu. Maka Allah telah mencukupkan Islam sebagai
agama yang Dia ridhai, dan Al-Qur'an menjadi pedoman sepanjang masa,
karena manusia zaman diturunkannya Al-Qur'an itu sifatnya sama dengan
zaman sekarang ataupun nanti. Tinggal tergolong yang mana? Mu'min,
munafiq atau kafir. Hanya itu.
Apalagi hanya tafsirnya, sedang Al-Qur'annya itu sendiri tidak
menambah apa-apa kecuali menambah kerugian bagi orang-orang dhalim,
dan menambah larinya orang-orang kafir dari kebenaran, memang.
Allah berfirman:
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS Al-Israa': 82).
Dan sesungguhnya dalam Al Qur'an ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan
peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran). (QS Al-Israa': 41).
Itulah komentar yang perlu disampaikan untuk Amien Abdullah (Rektor
UIN Jogjakarta, penyeru diterapkannya metode hermeneutik untuk
menafsiri Al-Qur'an, padahal hermeneutik itu metode untuk Injil yang
memang teksnya penuh problem).
16. Taufik Adnan Amal
Taufik Adnan Amal (dosen ulumul Qur'an IAIN Makassar, mengemukakan
bahwa ayat innaddiena indallohil Islam itu ada yang lebih tepat untuk
sekarang innad diena indallohil hanifiyyah. Ungkapan Taufiq Adnan Amal
dan Ulil Abshar Abdalla yang disebarkan lewat Majalah Syir'ah itu
mengandung kampanye untuk meragukan kemurnian Al-Qur'an dan sekaligus
meragukan masih relevannya ayat-ayat Al-Qur'an dengan masa sekarang.
Tentang buku Taufiq Adnan Amal berjudul Rekonstruksi Sejarah
Al-qur'an, insya Allah dibahas di bagian bawah dari judul ini.
17. Abdul Moqsith Ghazali
Abdul Moqsith Ghazali, tadinya belajar di pascasarjana UIN Jakarta,
termasuk tim penyusun draf counter legal Kompilasi Hukum Islam. Di
antara isinya, Pasal yang tidak kalah kontroversial adalah pembolehan
perkawinan beda agama. Tim Pengarusutamaan Gender bentukan Depag,
sebagai penyusun draf, menilai pelarangan perkawinan beda agama
melanggar prinsip pluralisme dalam Islam.
Abdul Moqsith Ghazali, anggota tim penyusun, mengaku sejak semula
sudah memperkirakan akan mendapatkan kritikan tajam. Timnya pun secara
internal menjalani perdebatan yang panjang dan alot untuk membuahkan
draf itu. Menurut dia, banyak sekali ketidakadilan dalam susunan KHI
lama. "Kami menyusun ini dengan mengacu pada dalil-dalil yang ada.
Karena itu, jika memang tidak ada dalil yang melarang untuk mengubah
sesuatu hal, berarti itu merupakan dalil untuk mengubah," kata Moqsith
(Republika, Selasa, 5 Oktober 2004).
Dia tak sadar, ucapannya bisa dipertanyakan, tak ada larangan nikah
dengan buaya, babi dsb, apakah boleh nikah dengan babi, buaya dan
sebagainya? Pertanyaan ini dilontarkan oleh Ustadz Agus Hasan Bashori
dari Malang, ketika ada kajian di Masjid Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo Jawa Timur, 9 Januari 2004).

Tokoh-Tokoh Nyeleneh di UIN dan IAIN (1)

Oleh : Al-Ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Salah seorang terkemuka dari kalangan yang nyeleneh (aneh pendapatnya)
dan bahkan orang-orang yang nyeleneh pun mengakuinya sebagai orang
yang berperan penting dalam apa yang Dawam Rahardjo sebut liberalisme
Islam (dalam menumbuhkan kenyelenehan?) adalah Mukti Ali guru besar
IAIN Jogjakarta. Ini paling kurang adalah seperti yang diakui oleh
Dawam Rahardjo di antaranya ditulis di Koran Republika. Cap buruk dari
masyarakat belum sempat melekat di dalam nama Mukti Ali semasa
hidupnya. Tetapi tokoh yang belum menerima gelar-gelar buruk itupun
telah melakukan sebongkah pembelaan dan bahkan penumbuh kembangan
perusakan Islam secara sistematis di Indonesia lewat pendidikan tinggi
Islam dan karya tulis yang merusak Islam secara terang-terangan yaitu
membela dan bahkan sebagai pemberi kata pengantar buku yang merusak
aqidah Islam, berjudul Catatan Harian Ahmad Wahib, 1982. Apalagi
mereka-mereka yang oleh masyarakat sudah diberi cap buruk atau paling
kurang sebagai sosok nyeleneh (aneh pendapat-pendapatnya), bisa
dijumpai di berbagai tempat di antaranya:
1. Nurcholish Madjid
Nurcholish Madjid, dosen di IAIN Jakarta, pendiri Yayasan Wakaf
Paramadina dan rektor Universitas Paramadina Mulya Jakarta. Pada saat
naskah ini ditulis, dia baru saja pulang dari perawatan di rumah sakit
di Singapur ke rumah sakit pula di Pondok Indah Jakarta. Setelah
hatinya dicangkok dengan hati orang Cina Komunis asli negeri Cina
Tiongkok di Cina, dia harus dirawat di Singapura.
Pencangkokan hati itu mengharuskan Nurcholish disuntik untuk
mengurangi daya tolak tubuh atas hati cangkokan baru itu. Namun
akibatnya kekebalan tubuhnya harus dikurangi, maka ususnya terkena
infeksi, dan harus dirawat di RS Singapur, selama 6 bulan. Kemudian
pulang ke Indonesia bukan pulang ke rumah tetapi ke rumah sakit pula
yaitu di Pondok Indah Jakarta, 17 Februari 2005, dengan harus selalu
pakai masker, dan ditangani 6 dokter spesialis.
Nurcholish Madjid dulu (1970) mencoba mengemukakan gagasan
"pembaharuan" dan mengecam dengan keras konsep negara Islam sebagai
berikut:
"Dari tinjauan yang lebih prinsipil, konsep "Negara Islam" adalah
suatu distorsi hubungan proporsional antara agama dan negara. Negara
adalah salah satu segi kehidupan duniawi yang dimensinya adalah
rasional dan kolektif, sedangkan agama adalah aspek kehidupan yang
dimensinya adalah spiritual dan pribadi."
Pada tahun 1970 Nurcholish Madjid melontarkan gagasan "Pembaharuan
Pemikiran Islam". Gagasannya itu memperoleh tanggapan dari Abdul Kadir
Djaelani, Ismail Hasan Meutarreum dan Endang Saifuddin Anshari.
Sebagai jawaban terhadap tanggapan itu Madjid mengulangi gagasannya
itu dengan judul "Sekali lagi tentang Sekularisasi".
Kemudian pada tanggal 30 Oktober 1972, Madjid memberikan ceramah di
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dengan judul "Menyegarkan Faham
Keagamaan di Kalangan Umat Islam Indonesia". Salah satu kekeliruan
yang sangat mendasar dari Nurcholish Madjid ialah pemahamannya tentang
istilah "sekularisasi". Ia menghubungkan sekularisasi dengan tauhid,
sehingga timbul kesan "seolah-olah Islam memerintahkan sekularisasi
dalam arti tauhid".
Di samping itu Nurcholish mengemukakan bahwa Iblis kelak akan masuk
surga. Ungkapannya yang sangat bertentangan dengan Islam itu ia
katakan 23 Januari 1987 di pengajian Paramadina yang ia pimpin di
Jakarta. Saat itu ada pertanyaan dari peserta pengajian, Lukman Hakim,
berbunyi: "Salahkah Iblis, karena dia tidak mau sujud kepada Adam,
ketika Allah menyuruhnya. Bukankah sujud hanya boleh kepada Allah?"
Dr. Nurcholish Madjid, yang memimpin pengajian itu, menjawab dengan
satu kutipan dari pendapat Ibnu Arabi, dari salah satu majalah yang
terbit di Damascus, Syria bahwa: "Iblis kelak akan masuk surga, bahkan
di tempat yang tertinggi karena dia tidak mau sujud kecuali kepada
Allah saja, dan inilah tauhid yang murni."
Nurcholis juga mengatakan, "Kalau seandainya saudara membaca, dan
lebih banyak membaca mungkin saudara menjadi Ibnu Arabi. Sebab apa?
Sebab Ibnu Arabi antara lain yang mengatakan bahwa kalau ada makhluk
Tuhan yang paling tinggi surganya, itu Iblis. Jadi sebetulnya
pertanyaan anda itu permulaan dari satu tingkat iman yang paling
tinggi sekali. Tapi harus membaca banyak."
Itulah ungkapan pembela Iblis. Padahal Iblis jelas kafir, dan yang
kafir itu menurut QS Al-Bayyinah ayat 6 tempatnya di dalam neraka
jahannam selama-lamanya.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah
kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS
Al-baqarah: 34).
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS Al-Bayyinah/ 98: 6).
Masalah hati Nurcholish Madjid dicangkok dengan hati Cina di Negeri
Cina, ada orang yang jadi mudah teringat lontaran-lontaran Nurcholish
Madjid dalam beberapa hal, yang kaitannya dengan Cina ataupun komunis,
atau tentang pencangkokan.
Pertama: Nurcholish Madjid mempidatokan di universitas-universitas
terkemuka di Eropa, Ramadhan 2002, bahwa Islam adalah agama hibrida
alias cangkokan. Pidatonya itupun dimuat di situs JIL, islamlib.com.
Nurcholish Madjid hanya mengemukakan secuil bukti yang dia ada-adakan,
yaitu katanya, di Al-Qur'an ada lafal qisthas dari bahasa Yunani
Justis yang artinya adil. Dan di Al-Qur'an ada lafal kafuro, menurut
Nurcholish, dari bahasa Melayu, kapur barus. Dengan dua potong kata
yang tanpa bukti ilmiah itu kemudian Nurcholish simpulkan bahwa Islam
adalah agama hibrida, maka bukan Islamnya yang hibrida, tapi hati dia
yang dihibrida dengan hati Cina Komunis.
Kedua, di tahun 1980-an, Bambang Irawan Hafiluddin gembong Islam
Jama'ah dan Hasyim Rifa'i da'i Islam Jama'a'ah (keduanya kemudian
keluar dari Islam Jama'ah karena menyadari aliran yang kini bernama
LDII itu benar-benar sesat jauh) berkunjung ke rumah Nurcholish Madjid
di Tanah Kusir Jakarta Selatan. Kedua tamu ini kaget ketika Nurcholish
Madjid mereka tanya, Negara mana yang di dunia ini pantas untuk ditiru
sebagai teladan. Ternyata jawaban Nurcholish: Negara Cina Tiongkok,
karena di sana tidak ada perzinaan, pencurian dan sebagainya. Kedua
tamu ini terheran-heran. Sampai dua puluh tahun keheranannya itu
tambah teringat lagi ketika mereka mendengar berita bahwa Nurcholish
Madjid hatinya dicangkok dengan hati Cina Komunis di negeri Cina,
pertengahan tahun 2004. Ini menurut pengakuan Ustadz Hasyim Rifa'i
kepada penulis ketika bertemu di Cisarua Bogor, menjelang Iedul Adha
1425H, Selasa 19 Januari 2004. Jadi Nurcholish Madjid benar-benar
mendapatkan hati teladan (impiannya?).
Ketiga, Nurcholish Madjid menuduh PKI (Partai Komunis Indonesia)
terhadap anak-anak Ma'had Al-Qolam Pasar Rumput Jakarta yang
memberikan brosur kepada Nurcholish Madjid berupa jawaban/ bantahan
atas ungkapan Nurcholish Madjid bahwa Iblis kelak akan masuk surga.
Peristiwa tuduhan PKI yang terlontar dari mulut Nurcholish Madjid
terhadap santri-santri yang berlangsung di tahun 1987 itu ternyata
berbalik ke diri Nurcholish Madjid bahwa hati dia dicangkok dengan
hati orang Cina Tiongkok yang komunisnya asli, bukan assembling
seperti PKI. Debat dan tuduhan Nurcholish Madjid terhadap
santri-santri itu dimuat di buku saya, Menangkal Bahaya JIL dan FLA,
2004.
2. Abdul Munir Mulkhan
Abdul Munir Mulkhan, wakil rektor UIN Jogjakarta dan petinggi di
Muhammadiyah berpendapat, kalau yang masuk surga orang tertentu
(Islam) saja maka akan kesendirian dan tak kerasan di surga. Dalam hal
bicara surga, yang sebenarnya menurut Islam termasuk hal ghaib yang
hanya boleh bicara berdasarkan wahyu (Al-Qur'an dan As-Sunnah) karena
yang tahu kunci-kunci hal ghaib itu hanya Allah dan para utusan yang
Dia beritahu, namun Mulkhan sangat berani mereka-reka dengan
mengatakan, Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak
"kamar" yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama. Karena
itu, semua manusia berpeluang masuk surga sesuai keagamaan dan
kapasitasnya masing-masing, jika benar-benar memang percaya (iman) dan
berminat.
Ungkapan-ungkapan Abdul Munir Mulkan ini adalah kebohongan yang
dilandasi dengan duga-duga belaka, tidak lebih unggul dibanding
dukun-dukun yang mengaku-ngaku dirinya tahu rahasia kegaiban atas
bisikan Syetan sebagai walinya. Ungkapannya yang sangat berbahaya
adalah: "Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak
"kamar" yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama." Kalimat
Abdul Munir Mulkhan itu bertentangan dengan Al-Qur'an:
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali Imran: 85).
Di kesempatan lain Mulkhan mengatakan, "Dalam logika orang desa, kalau
ada satu kelompok yang merasa benar sendiri dan yang lain dituding
salah atau sesat, nanti saya khawatir kesepian di surga; tidak ada
temannya. Klaim-klaim kebenaran absolut seperti itu sesungguhnya lebih
menunjukkan, barangkali dalam bahasa yang agak sarkastik, kurang
menyadari bahwa hidup sosial tidak bisa sendirian. Di hutan saja pun
tidak bisa hidup sendirian, mesti bersama hewan-hewan, pohon-pohonan
dan semak belukar."
Ungkapan Abdul Munir Mulkan, "kesendirian, tidak kerasan di surga" dan
sebagainya itu bertentangan dengan ayat:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya,
mereka tidak ingin berpindah daripadanya. (QS Al-Kahfi/ 18: 107-108).
Kalau orang Liberal masih berkilah bahwa mukmin di situ termasuk pula
kini orang-orang Yahudi, Nasrani dan lainnya, maka kilah mereka itu
sudah ada jawaban tuntasnya:
'An Abii Hurairota 'an Rasuulillahi annahu qoola: "Walladzii nafsi
Muhammadin biyadihi, laa yasma'u bii ahadun min haadzihil Ummati
Yahuudiyyun walaa nashrooniyyun tsumma yamuutu walam yu'min billadzii
ursiltu bihii illaa kaana min ash-haabin naari." (Muslim).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang
dari Ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi
maupun Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang
aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka."
(Hadits Riwayat Muslim bab Wujubul Iimaan birisaalati nabiyyinaa ilaa
jamii'in naasi wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada
risalah nabi kita saw bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama
dengan agama beliau).
3. Djohan Effendi
Djohan EFfendi, anggota resmi aliran sesat Ahmadiyah, penyunting buku
Catatan Harian Ahmad Wahib Pergolakan Pemikiran Islam. Isinya sangat
menyesatkan, di samping mengkampanyekan faham pluralisme agama
(menyamakan semua agama) masih pula ditambah dengan
pernyataan-pernyataan yang menghina Nabi Muhammad, misalnya Wahib
menginginkan nabi yang tingkat internasional.
4. Dawam Rahardjo
Dawam Rahardjo, petinggi Muhammadiyah pembela aliran-aliran sesat di
antaranya Ahmadiyah, bahkan dirinya mengatasnamakan Muhammadiyah
mengundang Tahir Ahmad yang dianggap Khalifah ke-4 bagi Ahmadiyah,
tinggal di London, untuk datang ke Indonesia.
Dawam Rahardjo lah yang menyambut kehadiran Tahir Ahmad penerus nabi
palsu Mirza Ghulam Ahmad di Bandara Cengkareng Jakarta dengan
mengalungkan bunga padanya dan membawa-bawa penerus nabi palsu itu ke
ketua MPR Amien Rais dan Presiden Gus Dur tahun 2000.
Padahal Ahmadiyah itu selain memalsu nabi, memalsu pula ayat-ayat
Al-Qur'an dengan memiliki kitab suci Tadzkirah. Namun semua itu
dianggap sama saja dengan Islam, dan hanya beda penafsiran, menurut
Dawam Rahardjo yang suka membela lagi mengusung kesesatan ini.
Dawam Rahardjo ini pula yang membela Ulil Abshar Abdalla dalam kasus
penghinaan Islam dengan tulisan Ulil di Kompas, 18 Nopember 2002,
Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam. Isinya, menegaskan bahwa Ulil
tidak percaya adanya hukum Tuhan.
Ulil Abshar Abdalla menyatakan, bahwa: Semua agama sama. Semuanya
menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar (GATRA,
edisi 21 Desember 2002). Larangan kawin beda agama, dalam hal ini
antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam, sudah tidak relevan
lagi (Kompas, 18 November 2002). Namun pernyataan Ulil yang menurut
aqidah Islam telah memurtadkan itu justru dibela oleh Dawam Rahardjo,
baik lewat tulisan-tulisannya, misalnya lewat Majalah Tempo pimpinan
Gunawan Mohamad (orang yang dikagumi Ulil dan dipercaya oleh The Asia
Foundation dan semacamnya untuk memelihara JIL dan sebangsanya).
Majalah Panjimas –yang sempat terbit sementara waktu hangat-hangatnya
protes terhadap puncak kengawuran Ulil tahun 2002-2003, maupun lewat
televisi misalnya Metro TV, sampai-sampai Dawam Rahardjo mengatakan
bahwa Al-Qur'an itu filsafat, namun ketika ditanya oleh KH Athi'an Ali
Da'i lewat telepon dari Bandung, Dawam Rahardjo hanya manyun belaka
sebagaimana biasanya.
5. Muslim Abdurrahman
Muslim Abdurrahman penolak keras diterapkannya syari'ah Islam,
pengurus Muhammadiyah pula. Dia mengatakan, kalau syari'at Islam
diterapkan maka yang jadi korban pertama adalah perempuan. Perkataan
ini sama dengan menuduh Allah itu dhalim. Na'udzubillahi min dzalik.
Sebegitu beraninya, seorang makhluq membantah aturan Tuhannya, hanya
karena untuk menyenangkan hati bossnya yang diyakini sebagai penentang
Allah , sekaligus mengajak manusia kepada penentangan yang nyata.
6. Gus Dur atau Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid pencetus gagasan assalamu'alaikum diganti dengan
selamat pagi. Dalam tragedy Tsunami di Aceh 26 Desember 2004 yang
menewaskan 150.000an jiwa lebih dan menghancurkan hampir seluruh
bangunan, Gus Dur menyuara di Radio Jakarta News FM, agar mayat-mayat
di Aceh itu dibakar saja ditempat. Alasannya, karena dia dibilangi
adiknya, dr. Umar, katanya sarung tangan tidak cukup aman untuk
mengevakuasi mayat-mayat. Ketika Gus Dur ditanya, apakah tidak
melanggar agama, kalau mayat-mayat itu dibakar, Gus Dur malah
mengemukakan bahwa yang menolak dibakarnya mayat-mayat itu hanya orang
yang tak tahu agama (Islam).
Namun "fatwa" nyeleneh Gus Dur ini sebagaimana biasa sudah tidak
digubris orang. Sebagaimana dia ketika kalah dalam pemilihan ketua
umum PBNU di Muktamar NU di Boyolali Jawa Tengah 2004 lalu dia
mengancam mau membuat NU tandingan pun orang banyak yang tidak
menggubrisnya, kecuali sekadar sebagai ramai-ramai berita saja. Tetapi
ini bukan berarti menutup kemungkinan adanya NU tandingan yang dia
ancamkan.
7. Zainun Kamal
Zainun Kamal penghalal nikah antara Muslimah dengan lelaki Nasrani,
pada Hari Ahad tanggal 28 November 2004 Zainun Kamal menikahkan wanita
Muslimah. Suri Anggreni alias Fithri, dengan lelaki Kristen, Alfin
Siagian, di Hotel Kristal Pondok Indah Jakarta Selatan. Lalu pengantin
diberkati pendeta di situ. Ijab Qabul cara Islam, dibimbing oleh Dr
Zainun Kamal, dosen UIN Jakarta, dari Yayasan Wakaf Madani, Kompleks
Perumahan Dosen UIN Ciputat Jakarta Selatan. Ini telah menghalalkan
yang haram, karena muslimah itu dengan tegas diharamkan menikah dengan
lelaki kafir, dalam Surat:
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu
telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah
kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir.
Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir
itu tiada halal pula bagi mereka. (QS Al-Mumtahanah/ 60: 10).
Orang Kristen itu jelas kafir, maka termasuk dalam larangan nikah
dengan muslimah. Kekafiran orang Kristen itu ditegaskan dalam Surat
Al-Bayyinah ayat 6:
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.(QS Al-Bayyinah: 6.)
8. Munawir Sjadzali
Munawir Sjadzali – mendiang — penggagas penyamaan bagian waris antara
laki-laki dan perempuan. Padahal dalam Al-Qur'an ditegaskan:
Allah mensyari`atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian
dua orang anak perempuan; (QS An-Nisaa': 11).
Munawir juga berani menganggap beberapa ayat Al-Qur'an kini tidak
relevan lagi. Dalam 10 tahun atau dua periode dia jadi menteri agama
RI telah mengirimkan dosen-dosen IAIN ke Barat untuk apa yang disebut
studi Islam, lebih dari 200 orang untuk meraih gelar doctor dan master
di bidang agama. Aneh, belajar ilmu Islam kok kepada orang-orang kafir
atau paling kurang orang sekuler di Barat. Padahal Al-Qur'an Surat
Al-Baqarah ayat 120 dan QS Al-Baqoroh ayat 109 telah memperingatkan
tentang bahaya orang-orang kafir Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani, yang
sangat ingin mengembalikan Muslimin kepada kekafiran.
Pengiriman dosen-dosen IAIN ke Barat untuk belajar Islam kepada orang
kafir yang sudah digalakkan sejak Menteri Agama Mukti Ali 1975 ini
jelas tidak sesuai dengan petunjuk Allah , maka bila akibatnya rusak,
itu sudah pasti. Bahasa Jawanya, kutuk marani sunduk atau ulo marani
gebuk (Ikan mendatangi pancing atau ular mendatangi pukulan. Maknanya,
usaha yang salah, payah-payah hanya mencari celaka). Dan itulah yang
akibatnya kini alumninya banyak yang nyeleneh sebagaimana dalam uraian
ini.

Ulil Abshar : Hukum Tuhan Perlu Ditafsirkan Ulang


Dalam pidato Hari Ulang Tahun JIL, Ulil Abshar Abdalla menyatakan
bahwa hukum Tuhan perlu ditafsirkan ulang. Dan Kebangkitan agama
bukanlah sepenuhnya mengandung aspek positif. Umat Islam harus waspada
dengan manuver pemikiran ala pentolan Jaringan Islam Liberal ini.
Seperti ingin mengekor jejak mendiang pendiri Paramadina, Nurcholish
Madjid yang menyampaikan pidato kontroversinya di Taman Ismail Marzuki
(TIM) tentang keagamaan di Indonesia pada 1992 silam, di tempat yang
sama pada Selasa malam (2/03/2010), pentolan Jaringan Islam Liberal
Ulil Abshar Abdalla juga menyampaikan pidato kebudayaannya di Graha
Bakti Budaya TIM.
Jika pada tahun 1992 lalu Nurcholish Madjid menyampaikan pidato
berjudul "Beberapa Renungan Tentang Kehidupan Keagamaan di Indonesia",
maka pada Selasa lalu, di tengah ratusan hadirin yang tergabung dalam
Forum Pluralisme Agama, Ulil menyampaikan pidato dengan dengan tema
yang tak jauh berbeda. Teks pidato Ulil berjumlah sebelas halaman
diberi judul "Sejumlah Refleksi Tentang Kehidupan Sosial Keagamaan
Kita Saat Ini."
...fundamentalisme adalah sama berbahayanya dengan narkotika. Bahkan,
penyakit fundamentalisme jauh lebih berbahaya daripada narkotika, kata
mendiang Cak Nur...
Pidato Cak Nur pada 1992 silam mendapat reaksi keras dari umat Islam.
Dalam pidato tersebut Cak Nur mengutuk sikap intoleransi dan
menganggap fundamentalisme sama berbahayanya dengan narkotika. Berikut
kutipan isi pidato Cak Nur:
"…Bagaimanapun, kultus dan fundamentalisme hanyalah pelarian dalam
keadaan tidak berdaya. Sebagai sesuatu yang hanya memberi hiburan
ketenangan semu atau palliative, kultus dan fundamentalisme adalah
sama berbahayanya dengan narkotika. Namun, narkotika menampilkan
bahaya hanya melalui pribadi yang tidak memiliki kesadaran penuh
('teler'), baik secara perseorangan maupun kelompok (sehingga tidak
akan menghasilkan sesuatu 'gerakan' sosial dengan suatu bentuk
kedisiplinan keanggotaan para pengguna narkotika—bukan keanggotaan
sindikat para penjualnya.Adapun kultus dan fundamentalisme dengan
sendirinya melahirkan gerakan dengan disiplin yang tinggi. Maka,
penyakit yang terakhir ini adalah jauh lebih berbahaya dari yang
pertama… Sebagaimana mereka memandang narkotika dan alkoholisme
sebagai ancaman kepada kelangsungan daya tahan bangsa, mereka juga
berkeyakinan bahwa kultus dan fundamentalisme adalah ancaman-ancaman
yang tidak kurang gawatnya."
Pidato Cak Nur soal fundamentalisme dikuatkan lagi oleh pernyataanya
dalam sebuah acara seminar sehari bertema "Agama dan Pendidikan
Perdamaian" di IKIP Jakarta, tahun 1996. Cak Nur yang dikenal sebagai
penarik gerbong sekularisasi di Indonesia menyatakan bahwa fanatisme
pada agama adalah sumber konflik dalam hubungan sosial di masyarakat.
Agama menjadi sumber konflik menurutnya, karena para penganut agama
berpendirian hanya agamanyalah yang paling benar.
Puluhan tahun kemudian, Ulil Abshar Abdalla, sosok yang pada malam itu
disambut gegap gempita bak mujaddid oleh kalangan liberal,
menyampaikan pidato yang tak kalah kontroversinya dengan pidato Cak
Nur pada masa lalu. Ulil yang akan mencalonkan diri sebagai Ketua PBNU
dalam muktamar Nahdlatul Ulama Maret mendatang mengatakan," kita harus
selalu awas akan dampak-dampak negatif dari fenomena kembalinya agama
itu. Sebagaimana kita lihat selama ini, kebangkitan agama bukanlah
peristiwa yang seluruhnya mengandung aspek positif," ujarnya.
...Al-Qur'an dan Sunnah harus dipahami ulang jika keadaan berubah, kata Ulil...
Ulil juga mengeritik pemikiran kelompok yang mengklaim dirinya sebagai
Salafi dengan mengatakan ada beberapa kelemahan mendasar dari ajaran
yang dipegang oleh kelompok tersebut. Kelemahan pertama, kata Ulil,
adalah adanya asumsi bahwa ajaran-ajaran dari masa lampau seluruhnya
masih memadai untuk menghadapi masalah yang dihadapi saat ini."
Gerakan ini sama sekali tidak atau kurang menyadari adanya kaitan yang
tak terelakkan antara teks dan konteks yang membentuknya," kata Ulil.
Ulil menyatakan, Al-Qur'an dan Sunnah harus dipahami ulang jika
keadaan berubah. Karena itu bagi Ulil, adanya keyakinan bahwa teks
Qur'an dan Sunnah yang dipandang sebagai "penghenti perbincangan" dan
"palu" terakhir dalam memutuskan segala persoalan adalah hal yang
tidak sehat bagi kehidupan beragama. Kelemahan kedua dari kelompok
Salafi, kata Ulil, adalah anggapan bahwa sebuah teks (wahyu, red)
adalah terang benderang, tidak membutuhkan penafsiran yang
kontekstual. Dan kelemahan ketiga, jelasnya, adanya kecenderungan
"absolutisme penafsiran" dari kelompok Salafi. "Kecenderungan ini
membawa akibat samping yang negatif dalam kehidupan sosial," tegasnya.
...jika hukum-hukum agama dipandang sebagai ketentuan yang telah
selesai dan tidak boleh diutak-atik, maka kita akan dihadapkan pada
jalan buntu, kata Ulil...
Dengan bahasa kiasan, Ulil yang malam itu tampil dengan wajah
sumringah mengajukan beberapa pertanyaan yang cukup kontroversoal.
Berikut kutipannya:
"Apakah firman Tuhan harus dianggap seperti "es batu" yang dipaksa
terus membeku, tidak boleh mencair karena "cuaca" yang sudah
berubah?... Bagaimana kita bisa menerapkan hukum syariat, misalnya,
dalam konteks politik, sosial, dan budaya yang sudah berubah tanpa
melakukan penafsiran ulang atas hukum itu? Apakah kita bisa menerapkan
apa yang selama ini dianggap sebagai hukum Tuhan seraya mengabaikan
konvensi-konvensi internasional yang disepakati oleh bangsa-bangsa,
misalnya konvensi tentang kebebasan sipil? Apakah kita tetap bertahan
dengan diktum dalam Quran bahwa seorang suami boleh memukul istri
(QS.4:34), sementara kita sekarang memiliki hukum yang melarang
kekerasan dalam rumah tangga?....Apakah kita masih harus
mempertahankan diktum lama bahwa seorang laki-laki tidak diperbolehkan
untuk menjabat tangan seorang perempuan non-muhrim hanya karena ada
sebuah hadits yang melarang tindakan semacam itu? Kenapa hukum semacam
itu harus dipertahankan? Apa "rationale-nya"? Apakah alasan yang
mendasarinya? Apakah alasan itu masih relevan sampai sekarang?
Intinya: Apakah hukum-hukum agama yang memperlakukan perempuan secara
diskriminatif masih tetap harus kita pertahankan semata-mata karena
hukum itu berasal dari Tuhan?"
Dalam pidato yang lebih dari satu jam, Ulil dengan tegas menyatakan,
"jika hukum-hukum agama dipandang sebagai ketentuan yang telah selesai
dan tidak boleh diutak-atik, maka kita akan dihadapkan pada jalan
buntu, pada dead-end."
...Jika sosok seperti Ulil yang akan terpilih dalam Muktamar NU nanti,
maka NU yang dikenal berpegang teguh pada tradisi salaf, akan
dijerumuskan ke dalam lubang liberalisme agama yang jauh dari
nilai-nilai salafiyah....
Pidato Ulil Abshar Abdalla dalam rangka memperingati ulang tahun
Jaringan Islam Liberal (JIL) tersebut bisa jadi awal dari kebangkitan
kelompok pengasong paham Sepilis (Sekularisme, Pluralisme,
Liberalisme) pasca meninggalnya Gus Dur yang menyebabkan kelompok
Sepilis seperti anak ayam kehilangan induknya. Tak tertutup
kemungkinan, Ulil yang juga dikenal sebagai pembela kelompok sesat,
akan diplot oleh kelompok liberal untuk menggantikan posisi Gus Dur.
Apalagi, Ulil berusaha terus agar dirinya bisa menduduki tampuk
kepemimpinan nomor satu di Nahdlatul Ulama.
Jika sosok seperti Ulil yang akan terpilih dalam Muktamar NU nanti,
bisa dibayangkan bagaimana nasib NU ke depan. NU yang dikenal
berpegang teguh pada tradisi salaf, akan dijerumuskan ke dalam lubang
liberalisme agama yang jauh dari nilai-nilai salafiyah. Sosok seperti
Ulil, bukan tak mungkin, sedang digadang-gadang secara all out, dengan
dukungan propaganda yang masif, oleh kelompok liberal untuk bisa
menduduki kursi kepemimpinan NU. [artawijaya]

Ulil JIL : Dunia Islam Paling Banyak Melanggar HAM,Harus Berguru pada Obama

SEMAKIN banyak berbicara, semakin terlihat kejahilannya. Itulah ciri
khas kelompok liberalis. Setidak-tidaknya, itu diperlihatkan Ulil
Abshar Abdalla dalam acara "Debat Kontroversi kedatangan Obama" di
studio TVOne, Jakarta, Rabu (17/3/2010).
Dalam debat bertema "Obama Disayang Obama Ditentang" itu dihadiri dua
kubu yang saling berseberangan. Dari pihak yang mendukung kedatangan
Obama ke Indonesia, tampil dua narasumber: Ulil Abshar (Jaringan Islam
Liberal) dan Effendy Choirie (Partai Kebangkitan Bangsa), sedangkan
dari pihak yang menolak Obama diwakili oleh dua narasumber: Ismail
Yusanto (Hizbut Tahrir Indonesia), Ali Mocthar Ngabalin (Partai Bulan
Bintang).
Debat yang disiarkan secara langsung mulai pukul pukul 19.30 WIB itu
dibagi dalam dua sesi yang diselingi dengan berbagai iklan. Pada sesi
pertama, Ismail Yusanto berdebat dengan Ulil Abshar, disusul dengan
debat sesi kedua antara Ali Mochtar Ngabalin dengan Effendy Choirie.
Ulil Abshar berapi-api menyatakan dukungannya terhadap rencana
kedatangan Obama ke Indonesia, dengan ungkapan khas Arab "ahlan wa
sahlan bihuduri Obama."
Sebagai anak didik Amerika, agaknya bisa dimaklumi bila Ulil sangat
memuji Obama dan Amerikanya. Mungkin itulah apresiasi balas jasa yang
dipersembahkan kepada negara yang telah memberikan beasiswa program
magister di Universitas Boston, dan studi tingkat PhD di Department of
Near Eastern Languages and Civilizations di Universitas Harvard.
Tapi Ulil –yang lama hidup di negara Amerika– itu menjadi sangat tidak
wajar jika ia tidak tahu tentang Amerika. Berangkat dari ketidaktahuan
itulah, Ulil memuji Amerika sembari menghina Islam, lalu menganjurkan
umat Islam supaya belajar (baca: berkiblat) ke Amerika dalam mengatasi
masalah diskriminasi.
"Ada pelajaran penting yang bisa diambil dari pengalaman Obama di Amerika.
Ini luar biasa. Jadi orang Islam harus belajar bagaimana mereka
mengatasi diskriminasi. Di dalam negara Islam itu diskriminasi masih
banyak sekali," kata Ulil.
Tak puas menyebut kaum Muslimin sebagai negara yang kaya diskriminasi,
menantu Kiyai Mustafa Bisri ini bahkan menyebut dunia Islam paling
banyak mengoleksi pelanggaran HAM.
...Pelanggaran HAM paling banyak di dunia Islam. Umat Islam harus
belajar kepada Amerika, tegas Ulil...
"Pelanggaran HAM paling banyak itu di dunia Islam. Umat Islam harus
belajar. Ada hal positif yang bisa diambil dari Amerika," tegasnya.
Menanggapi tudingan Ulil terhadap umat Islam, Ismail Yusanto menjawab
dengan santai. Juru bicara HTI ini tidak membantah langsung, tapi
membandingkan pendapat Ulil yang bertolak belakang dengan data Amnesti
Internasional.
"Itu tadi menurut Ulil. Bahwa pelanggaran HAM itu paling banyak di
negeri Islam. Tapi menurut Amnesti Internasional, pelanggaran HAM
terbesar di dunia itu Amerika, yang sekarang presidennya Barrack
Obama," jelas dia.
"Mana yang lebih kredibel, Saudara Ulil atau Amnesti Internasional?" tanya dia.
Ulil nampak kaget dan tidak percaya dengan pernyataan jubir HTI itu.
Ulil rupanya belum pernah membaca data Amnesti Internasional bahwa
Amerika adalah pelaku pelanggaran HAM terbesar di dunia. Ulil pun
tidak terima jika bapak asuhnya disebut sebagai pelanggar HAM terbesar
di dunia.
"Saya minta dibuktikan kalau data itu ada," protes dia.
"Silakan, itu sudah berulangkali dilansir di media," jawab Ismail.
Ulil yang belum membaca data itu, spontan berkata, "Saya sih nggak percaya!"
Pada debat sesi kedua, meski yang dihadapinya bukan Ulil, tapi Ali
Mukhtar Ngabalin masih menyempatkan untuk menyindir Ulil. Tidak terima
umat Islam disuruh belajar kepada Amerika untuk mengatasi diskriminasi
dan pelanggaran HAM, salah satu pendiri Gerakan Indonesia Bersih (GIB)
ini menyemprot Ulil agar jangan menjadi "jongos" Amerika, sembari
mengutip petuah Bung Karno.
"Ingat pesan Soekarno, kita boleh berteman dengan Amerika, tapi jangan
mentang-mentang menerima beasiswa dari Amerika, kemudian menjadi
jongos Amerika!" tegasnya.
...Jangan mentang-mentang menerima beasiswa dari Amerika, kemudian
menjadi jongos Amerika!" tegas Ali Mochtar...
Ia juga mengingatkan agar para intelektual tidak berpikir picik
menjadi boneka Amerika hanya karena dapat beasiswa dari Amerika.
"Jangan mentang-mentang belajar di Amerika kemudian menjadi corong
Amerika, menjadi boneka," ujarnya.
Mantan anggota DPR RI dari PBB ini juga memperingatkan bahwa sejak
dulu kedatangan presiden Amerika ke Indonesia tidak pernah membawa
manfaat bagi Indonesia, malah memperluas jajahannya. Antara lain Obama
datang ke Indonesia dalam rangka evaluasi terhadap kontrak kerja
Freeport, Chievron, ExxonMobil, dll. Kembali, ia mengingatkan petuah
Bung Karno.
"Soekarno pernah mengajarkan kepada kita, Amerika itu tidak pernah
menawarkan sesuatu yang baik kepada negara-negara berkembang atau
dunia ketiga. Itu sebabnya, Amerika harus kita setrika, Inggris kita
linggis! Masak kita intelektual masak berpikir sepicik itu?"
pungkasnya.
Amnesti Internasional: AS Terbanyak Langgar HAM dalam 50 tahun terakhir
Dalam konferensi pers di London (26/5/2004), Amnesti Internasional,
sebuah LSM HAM internasional yang berbasis di London ini melaporkan
bahwa Amerika Serikat (AS) adalah pelaku pelanggaran HAM terburuk di
seluruh dunia, selama 50 tahun terakhir, sejak negara adidaya itu
mengeluarkan kebijakan perang terhadap terorisme dan invasinya ke
Iraq. Berita ini dilansir berbagai media internasional semisal AFB,
BBC, dan lain-lain.
Sekjen Amnesti International, Irene Khan mengatakan, negara-negara
berkuasa yang menyumbangkan pasukan tentara untuk Iraq telah
mengabaikan hukum internasional dengan mengorbankan HAM secara
`membabi-buta' atas nama keamanan.
"Agenda keamanan dunia yang diperjuangkan oleh AS tidak mempunyai visi
dan prinsip yang jelas,'' kata Irena.
"Perbuatannya melanggar HAM di negara sendiri, sikapnya menutup mata
terhadap insiden-insiden dan penyiksaan di luar negeri serta
penggunaan kekerasan pasukan dengan sewenang-wenang telah menggugat
keadilan serta menjadikan dunia ini lebih berbahaya,'' katanya.
Laporan tersebut juga mengungkapkan butir-butir terperinci mengenai
pembunuhan warga sipil oleh pasukan penjajah AS di Iraq dan juga
mengenai siksaan yang pasukannya atas tahanan Iraq.
...Lebih dari 600 warga negara asing ditahan tanpa tuduhan yang jelas
atau proses hukum, di penjara Guantanamo, Kuba. AS juga menahan
sejumlah tawanannya di beberapa lokasi yang tidak diketahui...
Invasi dan penguasaan wilayah Iraq oleh otoritas yang dibentuk
negara-negara koalisi, menyebabkan ribuan orang di Iraq ditahan.
Laporan itu juga menyebutkan, ratusan orang dari sekitar 40 negara,
dipenjarakan AS tanpa proses hukum di Afghanistan.
Laporan Amnesti International itu juga menyentil sikap AS terhadap
ratusan orang dari berbagai belahan dunia yang terus ditahan oleh AS
tanpa dakwaan di Guantanamo, Kuba.
"Lebih dari 600 warga negara asing ditahan tanpa tuduhan yang jelas
atau proses hukum, di penjara Guantanamo, Kuba. Mereka tidak diberi
akses ke keluarga atau ke penasihat hukum. Orang-orang ini ditahan
atas dugaan terkait dengan Al-Qaeda. Selain di Guantanamo, diduga AS
menahan sejumlah tawanannya di beberapa lokasi yang tidak diketahui,"
papar laporan tersebut.
Irene menyatakan, perang terhadap terorisme seharusnya dibarengi
dengan upaya melindungi hak asasi manusia, tapi pada kenyataannya,
kampanye antiterorisme dan perlindungan terhadap hak asasi manusia,
saling bertentangan.
Irena mengatakan, dunia telah melihat kenyataan yang sebenarnya,
setelah foto-foto penyiksaan dan pelecehan di penjara Abu Guraib
tersebar di masyarakat luas. Ini adalah konsekuensi logis, dari
perburuan yang membabi buta yang dilakukan AS sejak peristiwa 11
September. AS telah mengabaikan dan menempatkan dirinya diluar sistem
hukum yang ada.
...AS telah kehilangan moral dan potensinya untuk melakukan segalanya
dengan cara yang damai, kata Irene...
"AS telah kehilangan moral dan potensinya untuk melakukan segalanya
dengan cara yang damai," kata Irene dalam keterangan persnya di
London.
Amnesti Internasional menyatakan, pihak Departemen Kehakiman AS telah
mengakui ada problem besar dalam menangani ratusan tahanan warga
negara asing sejak peristiwa 11 September.
Selain tidak memberikan akses pada keluarganya, AS juga tidak memberi
akses agar para tahanan bisa didampingi pengacara agar proses hukumnya
bisa segera dilakukan. Selain itu, bukti-bukti menunjukkan adanya pola
penyiksaan fisik maupun verbal yang dilakukan oleh para penyidik.
Amnesti Internasional juga memaparkan pelanggaran Ham lainnya yang
dilakukan AS, antara lain, penahanan sekitar 6.000 anak-anak migran
dengan tuduhan melakukan kenakalan remaja. Anak-anak ini ditahan
sampai berbulan-bulan.
Disamping itu, polisi dan penjaga penjara di AS, telah menyalahgunakan
senjata dan menggunakan bahan kimia terhadap para tahanannya, yang
menyebabkan kasus tewasnya sejumlah tahanan di penjara AS.
...Amnesti Internasional juga memaparkan pelanggaran Ham lainnya yang
dilakukan AS, antara lain, penahanan sekitar 6.000 anak-anak migran
dengan tuduhan kenakalan remaja, sampai berbulan-bulan...
Amnesti Internasional juga mengkritisi penerapan hukuman mati di AS.
Sepanjang tahun 2003, sudah 65 orang yang menjalani hukuman mati di
AS. Total, sudah ada 885 orang yang menjalani hukuman mati sejak AS
menerapkan kembali hukuman itu pada tahun 1976. AS dinilai juga telah
melanggar aturan internasional dalam menerapkan hukuman mati ini,
karena telah mengenakkannya pada anak dibawah umur 18 tahun.
Yang paling hangat, Amnesti Internasional, mengkritik AS karena
berupaya mendapatkan kekebalan hukum dari pengadilan internasional
bagi tentaranya yang melakukan kejahatan perang. [taz/dari berbagai
sumber]